Ia menyebut hasil ini semestinya dimaknai sebagai peluang strategis kedepan karena hasil tarif 19% bagi Indonesia ini memberikan dampak yang positif dengan harapan meningkatkan nilai ekspor dan investasi di sektor industri padat karya alas kaki yang berdampak menyerap tenaga kerja secara langsung dari angka pekerja yang disampaikan diatas.
Billie juga bilang jika Indonesia akan lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain lndonesia dapat lebih bersaing dengan Vietnam 20%, Kamboja 36%, Malaysia 25%, Thailand 36%, Laos 40% dan Korsel dan Jepang 25%.
“Di sektor alas kaki, pekerja Indonesia memiliki keunggulan kualitas dalam membuat alas kaki dengan telaten dan rapih dimana pihak buyer akan mencari kualitas lebih bagus dengan tarif masuk dengan harga yang terjangkau untuk memanfaatkan peluang ini.” tambahnya.
Tarif resiprokal AS ini disebuit Billie sebagai kondisi eksternal yang mempengaruhi industri dalam negeri yang harapannya menjadi percepatan agenda reformasi struktural melalui pendekatan deregulasi yang konsisten lintas sektor bagi kondisi internal.
“Percepatan deregulasi lintas kementerian dan lembaga perlu segera dilakukan secara cepat, tepat, dan terkoordinasi.” katanya
(ell)































