Logo Bloomberg Technoz

Ia bilang militer China "tidak akan ragu sedetik pun" untuk bergerak ke Taiwan jika perlu, seraya menyiratkan bahwa militer AS harus menjauh dan mengurus urusan mereka sendiri.

Negara-negara lain pada acara tersebut berulang kali berbicara tentang bahaya yang ditimbulkan oleh meningkatnya ketegangan AS-China dan perlunya mencegah hal seperti perang Rusia di Ukraina terjadi di Asia. 

“Ada keinginan dan urgensi yang nyata bahwa apa yang terjadi di Ukraina tidak boleh terjadi di Asia,” kata Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen.

“Banyak menteri mengatakan jika Anda berperang serentak di Eropa dan Asia, itu akan menjadi bencana global.”

Rusia vs Ukraina

Di saat Li tidak secara resmi bertemu Austin di Singapura, ia bertemu dengan para Menhan negara lainnya, termasuk Indonesia, Inggris, dan Jepang.

Menteri Pertahanan China Li Shangfu (tengah) ketika tiba di Singapura (Lionel Ng/Bloomberg)

Selain menggarisbawahi perpecahan yang tumbuh antara China dan AS, adapun dalam forum itu diangkat masalah invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina, yang membantu memicu lonjakan pengeluaran pertahanan di seluruh dunia.

Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorious apabila kemenangan berpihak ke Putin, maka dunia akan mendapatkan pesan bahwa agresi dan penggunaan kekuatan militer yang tidak beralasan dapat diterima dan berhasil.

Sementara Menhan Australia Richard Marles mengatakan apa yang terjadi dengan invasi Rusia ke Ukraina adalah pelanggaran total terhadap tatanan berbasis aturan di mana tetangga besar menyerang tetangga yang lebih kecil.

“Bukan dengan merujuk pada aturan hukum, tetapi dengan mengacu pada kekuasaan dan kekuatan. Dan itu tidak boleh dibiarkan di dunia saat ini, di Eropa atau di Indo-Pasifik.”

Standar ganda

Pejabat China, sebaliknya, menyalahkan NATO karena membantu memicu perang Rusia sambil memperingatkan bahwa aliansi AS di Asia, bersama dengan pengelompokan yang lebih baru seperti Quad dan AUKUS, juga akan mengguncang dan memecah belah Asia.

Mereka mengatakan AS secara selektif menerapkan aturan dan norma internasional yang tidak jelas — poin yang disorot karena AS tidak mengenakan sanksi pada India karena membeli sistem senjata Rusia. Tidak seperti Li yang dikenai sanksi.

“Yang disebut tatanan internasional berbasis aturan tidak pernah diberi tahu apa aturannya, dan siapa yang membuat aturan ini,” kata Menhan China.

“Ini menerapkan keistimewaan dan standar ganda dan hanya melayani kepentingan dan mengikuti aturan sejumlah kecil negara.”

Menhan, Prabowo Subianto dalam acara International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue ke-20. (Dok. Kemhan)

Beberapa perwakilan negara pada pertemuan itu tampak bersimpati pada sudut pandang China. Menhan RI Prabowo Subianto pada forum itu menjabarkan saran  resolusi konflik Ukraina-Rusia dengan membekukan pasukan militer dan menciptakan zona demiliterisasi. Hal itu ditolak oleh Menhan Ukraina Oleksii Reznikov, yang juga menghadiri pertemuan tersebut.

Prabowo juga memperingatkan kekhawatiran bahwa teknologi baru seperti kecerdasan buatan dan komputasi kuantum akan meningkatkan pertaruhan dalam setiap potensi pertarungan antara AS dan China.

“Kalau ada perang nuklir, bedanya kami dengan mereka yang terlibat langsung adalah Indonesia hanya akan akan mati lebih lambat,” ujarnya. 

AS pada forum itu pun sempat merespons ketakutan negara-negara lainnya akan perang. Austin mengatakan konflik masih dapat dihindari. “Saya juga tidak berpikir pada titik ini bahwa itu akan terjadi."

Dia pun membantah klaim China bahwa AS sedang berusaha untuk membuat semacam NATO di wilayah tersebut dan mengatakan bahwa kebijakan AS terhadap Taiwan tidak berubah.

Keesokan harinya, Menhan China membalas lagi pernyataan AS, dengan mengatakan Beijing akan tetap berjuang untuk agar Taiwan kembali ke tangannya dengan cara apapun.

(bbn)

No more pages