Imax melisensikan teknologinya ke bioskop-bioskop dan memiliki sekitar 372 lokasi di AS — hanya sebagian kecil dari total layar secara nasional. Namun, IMAX secara konsisten menghasilkan lebih dari 10% pendapatan box office untuk film-film blockbuster.
Menggeser posisi Imax bukanlah hal mudah: perusahaan ini telah menghabiskan setengah abad menyempurnakan teknologinya dan membangun mereknya. IMAX juga berhasil menarik para sutradara papan atas — termasuk Christopher Nolan (sutradara Oppenheimer), Denis Villeneuve (Dune), dan Ryan Coogler (Sinners) — untuk merekam film mereka menggunakan kamera Imax.
Ada potensi keuntungan finansial bagi bioskop, termasuk pengurangan pembayaran kepada IMAX untuk lisensi teknologinya, menurut sumber-sumber tersebut. Jaringan bioskop juga telah mendiskusikan di antara mereka kemungkinan meminta studio film untuk membantu memasarkan merek baru yang mungkin akan mereka adopsi.
Perwakilan dari Cinemark Holdings Inc., Marcus Corp., Regal Cineworld, dan IMAX semuanya menolak memberikan komentar. AMC Entertainment Holdings Inc., jaringan bioskop terbesar dan operator layar Imax terbanyak di AS, tidak ikut serta dalam pembahasan ini, kata sumber-sumber tersebut.
Bioskop-bioskop telah berinvestasi dalam format layar besar milik mereka sendiri yang tidak menggunakan teknologi IMAX.
IMAX mengatakan bahwa pada kuartal terakhir, jumlah layar besar yang mereka miliki dua kali lipat dari pesaing terdekatnya.
Layar besar bermerek milik Cinemark disebut XD, sementara milik Regal disebut RPX, dan Marcus menggunakan nama MT-X. Ukurannya biasanya selebar 70 kaki atau lebih, dan lebih tinggi daripada layar bioskop biasa. Beberapa dilengkapi dengan sistem suara premium dan kursi yang bisa bergerak. Format ini digemari penggemar, yang sering kali bersedia membayar 30% lebih mahal untuk kursi di ruangan tersebut.
Dorongan untuk melakukan perubahan juga dipicu oleh lambatnya pemulihan industri bioskop setelah pandemi Covid-19 dan gejolak ketenagakerjaan di Hollywood yang menyebabkan berkurangnya suplai film baru. Penjualan tiket secara nasional masih jauh di bawah puncaknya sebelum Covid.
Meski menghadapi tantangan tersebut, IMAX diperkirakan akan mencatatkan tahun terbaiknya dalam hal pendapatan box office pada 2025, berkat kampanye pemasaran film yang membawa slogan seperti “Filmed For IMAX.”
Pemilik bioskop yang tidak memiliki layar IMAX merasa terganggu ketika menerima poster film dari studio-studio besar Hollywood yang menyertakan tagline seperti “Lihat di IMAX,” menurut sumber-sumber tersebut.
Sumber ketegangan lainnya adalah kesepakatan IMAX untuk merilis film Netflix yang diadaptasi dari The Chronicles of Narnia karya C.S. Lewis pada akhir 2026, kata para sumber. Film yang disutradarai Greta Gerwig itu akan tayang eksklusif di layar IMAX selama dua minggu sebelum dirilis di layanan streaming.
Beberapa pemilik bioskop merasa memberontak karena Netflix selama ini sebagian besar mengabaikn rilis teater. Co-Chief Executive Officer Netflix, Ted Sarandos, pernah mengkritik bioskop sebagai model distribusi yang tidak efisien. Dalam sebuah acara industri awal tahun ini, CEO Regal Eduardo Acuna menyatakan tidak berkomitmen untuk menayangkan film Narnia di jaringan bioskopnya, meskipun memiliki layar Imax, dengan alasan bahwa dua minggu terlalu singkat untuk menarik jumlah penonton yang signifikan.
Awal bulan ini, Tim Richards, CEO Vue Entertainment — jaringan bioskop independen terbesar di Eropa — meluncurkan format layar besar baru bernama Epic, sebagian sebagai respons atas kesepakatan IMAX dengan Netflix.
Dalam wawancara pada Mei dengan New York Times, Adam Aron, CEO AMC, mengatakan bahwa jaringannya akan tetap menayangkan Narnia untuk mendukung Imax.
(bbn)