Dalam pertemuan itu, Prabowo juga memastikan telah mencapai kesepakatan politik, sekaligus percepatan penyelesaian IEU-CEPA—sebuah perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif yang telah kini telah memasuki putaran negosiasi ke-19.
"Kami telah mencapai sebuah terobosan. Setelah 10 tahun negosiasi, kami menyepakati sebuah perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif, yang pada dasarnya adalah perjanjian perdagangan bebas," ujar Prabowo.
Prabowo belakangan memang menargetkan tengah menggenjot bauran EBT hingga 100% pada 2035. Target itu lebih cepat 5 tahun dari estimasi yang diperkirakan pemerintah pada 2040 mendatang.
“Kami berencana untuk mencapai 100% energi baru terbarukan dalam waktu 10 tahun mendatang, targetnya tentu 2040 tapi tim pakar saya bilang kita bisa capai itu lebih cepat,” kata Prabowo di Istana Planalto, Brasilia, Rabu (9/7/2025).
Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa resmi membentuk EU Desk di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada Juni 2025.
EU Desk sendiri berfokus pada sektor energi terbarukan, otomotif, teknologi informasi dan komunikasi, elektronik, logistik, pertanian, maupun perikanan.
EU Desk nantinya bakal menjadi instrumen baru untuk mempromosikan serta mendorong investasi Uni Eropa di Indonesia melalui layanannya yang mencakup intelijen pasar, bimbingan bagi pembukaan usaha dan perizinannya, dan fasilitasi kerja sama bisnis.
Uni Eropa mendukung EU Desk melalui EU-Indonesia Cooperation Facility (EUICF) dan akan menempati ruangan di lingkungan kantor BKPM.
EU Desk berfungsi memfasilitasi dialog seputar kebijakan investasi antara investor dan regulator Uni Eropa,menawarkan asistensi bagi pengembangan usaha, dan melakukan identifikasi terhadap proyek-proyek potensial.
Tugas lainnya yakni menjembatani hubungan dengan institusi keuangan negara anggota Uni Eropa maupun investor swasta dalam mendorong mobilisasi investasi di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total realisasi investasi Uni Eropa selama periode 2019 sampai dengan kuartal I-2025 mencapai US$13 miliar.
Perinciannya, sebagian besar investasi tersebut ada di sektor industri kimia dan farmasi sebesar US$2,1 miliar; listrik, gas dan air US$1,9 miliar; perumahan, kawasan industri dan kawasan perkantoran US$1,1 miliar; transportasi, pergudangan dan komunikasi US$1,07 miliar; serta jasa lainnya US$1,05 miliar.
(mfd/wdh)

































