Logo Bloomberg Technoz

Adapun indeks dolar AS kemarin masih ditutup mengguat di New York, meski tipis hanya 0,04% di level 97,55. Gerak rupiah derivatif (NDF) di pasar mancanegara, berhasil menguat di tengah penguatan tipis DXY, sebesar 0,11% di level Rp16.266/US$. 

Pagi ini, rupiah forward bergerak terbatas di kisaran Rp16.267/US$, hanya berjarak 24 poin dari posisi penutupan rupiah di pasar spot kemarin di Rp16.243/US$.

Pelebaran lagi selisih imbal hasil surat utang RI dengan Amerika menjadi 224 bps, dari tadinya sempat menyempit tinggal 216 bps, mungkin akan memperbaiki selera investor di pasar surat utang domestik.

Investor asing kembali menambah pembelian surat berharga RI selama Juli senilai Rp17,18 triliun sampai data 8 Juli, dibanding posisi terakhir bulan sebelumnya.

Rupiah kendati berada di tengah tekanan pasar global, nyatanya selama Juli ini 'hanya' mencatat pelemahan tipis 0,03%, terkecil di antara mata uang Asia lain yang ambruk nilainya lebih besar seperti won, yen, ringgit juga baht.

Bank Indonesia kemungkinan menjaga kisaran gerak rupiah agar tak sampai menembus level Rp16.300/US$, jelang dilangsungkannya pertemuan Dewan Gubernur pada pekan depan.

Pada perdagangan Kamis pagi ini (10/7/2025) di Asia, mayoritas mata uang menguat dipimpin oleh yen yang naik nilainya 0,33% terhadap dolar AS, bersama won, ringgit, dolar Singapura serta yuan offshore. Hanya dolar Hong Kong yang masih tergerus tipis pagi ini.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 10 Juli 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat terbatas di kisaran sempit mencermati sentimen global yang masih membebani.

Potensi penguatan rupiah hari ini menuju resistance terdekat pada level Rp16.210/US$, lalu resistance potensial selanjutnya Rp16.200/US$ hingga Rp16.160/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah dalam tren jangka pendek.

Adapun nilai rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp16.300/US$ dan Rp16.350/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya pada level Rp16.400/US$ dalam jangka menengah.

Lobi tarif

Indonesia sejauh ini belum mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Bila sampai 1 Agustus tidak tercapai apapun, maka barang ekspor RI ke Amerika akan terkena tarif 32%, lebih tinggi ketimbang Vietnam atau Malaysia, apalagi Singapura.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dijadwalkan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick serta USTR. Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Kemenko Harya Limanseto, kemarin.

Indonesia telah menandatangani sejumlah kesepakatan (MoU) perdagangan dan investasi yang diarahkan sebagai 'pemanis' negosiasi tarif.

Jatuhnya tarif terhadap Brasil, salah satu dedengkot aliansi BRICS di mana Indonesia belakangan tergabung di dalamnya, bisa menjadi ancaman baru. 

Trump sebelumnya telah mengancam menambahkan tarif 10% pada negara-negara anggota BRICS. Bila ancaman itu berbuah, Indonesia bisa terkena tarif total sebesar 42% yang akan menjadi kabar buruk bagi perekonomian domestik.

Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja bersama DPR-RI kemarin menilai, peranan lembaga multilateral saat ini begitu lemah dan tak dihormati dalam struktur internasional, dalam konteks perkembangan perdagangan saat ini.

Lembaga multilateral yang dimaksud antara lain Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), AMF (Arab Monetary Fund), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank).

"Hari ini peranan lembaga multilateral ini menjadi sangat lemah atau tidak dihormati. Hal yang terjadi hampir mirip dengan sebelum Perang Dunia II, yaitu kalau negara punya tujuan dan punya kepentingan dia secara sepihak bisa memaksakan kehendaknya pada negara lain," katanya dalam Rapat Kerja bersama Komite IV DPD RI, Rabu (9/7/2025).

(rui)

No more pages