Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Masih 'Tersandera' Perang Tarif yang Semakin Panas

Tim Riset Bloomberg Technoz
10 July 2025 07:58

Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah masih akan menghadapi ketidakpastian di tengah makin panasnya isu tarif Amerika Serikat (AS) yang menjadi sentimen negatif pasar global terutama terhadap harga aset-aset emerging market.

Presiden AS Donald Trump menjatuhkan tarif 50% pada Brasil, di mana hal itu telah menuai reaksi pemerintah Negeri Samba yang berujar akan membalas perlakuan Amerika tersebut memakai hukum resiprokal.

Trump juga mengumumkan pengenaan bea masuk tembaga ke AS sebesar 50% mulai 1 Agustus nanti. Perkembangan terbaru itu menjadi isu panas yang mungkin akan membuat pelaku pasar cenderung berhati-hati dan bermain aman.

Sementara rilis risalah rapat terbuka (FOMC) bank sentral AS, Federal Reserve, menunjukkan ada perbedaan pandangan di antara para pejabat The Fed mengenai prospek suku bunga, yang sebagian besar didorong oleh perbedaan ekspektasi perihal bagaimana tarif Trump bisa mempengaruhi inflasi di negeri itu. 

Pasar merespon kesemua itu dengan pergerakan yang beragam. Tingkat imbal hasil surat utang AS, US Treasury, turun di hampir semua tenor di mana yield UST-2Y terpangkas 4,5 bps. Sedangkan tenor 10Y turun 6,5 bps menyentuh 4,334%.