Bank sentral juga menegaskan kembali pandangannya terhadap nilai tukar mata uang.
“Kinerja ringgit akan tetap sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal,” kata BNM. “Prospek ekonomi domestik yang positif dan reformasi struktural yang sedang berlangsung, ditambah berbagai inisiatif untuk mendorong arus modal, akan terus menjadi penopang jangka panjang bagi ringgit.”
Perubahan arah kebijakan BNM mencerminkan kekhawatiran pembuat kebijakan terhadap dampak tarif terhadap ekspor Malaysia ke AS. Pada April lalu, AS mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 24% dan pekan ini meningkatkannya menjadi 25%.
Meski kenaikan tarif tersebut masih dalam masa penangguhan hingga 1 Agustus, sebagian besar ekspor Malaysia ke AS saat ini sudah dikenakan tarif sebesar 10%. Pemerintah Malaysia pada Selasa (2/7/2025) menyatakan komitmennya untuk terus menjalin komunikasi dengan AS terkait perjanjian perdagangan.
“Komite Kebijakan Moneter (MPC) akan terus mencermati perkembangan terkini dan menilai keseimbangan risiko terhadap prospek pertumbuhan dan inflasi domestik,” tutup pernyataan BNM.
(bbn)