Terlebih, peluang pertumbuhan di layanan digital serta efisiensi biaya yang berkelanjutan diperkirakan akan menjadi faktor utama dalam mempertahankan daya saing dan profitabilitas perusahaan ke depan.
TLKM juga tengah menggenjot pemulihan ARPU yang saat ini menjadi fokus utama perusahaan. Edo, dalam risetnya, menegaskan rekomendasi Buy, atau Beli saham TLKM dengan target harga Rp3.550/saham.
Mencerminkan potensi kenaikan mencapai 28,16% point–to–point, dengan valuasi P/E FY2025F 14,3x, PBV 1,6x, dan EV/EBITDA sebesar 4,0x.
Adapun rekomendasi Buy (Beli) dengan target Rp3.550/saham merupakan target harga saham TLKM yang lebih tinggi dari target sebelumnya, yang hanya Rp3.300/saham.

Dia menilai inisiatif strategis perusahaan—termasuk penguatan program Customer Value Management (CVM), percepatan upselling dan cross-selling di basis pelanggan Fixed Mobile Convergence (FMC) yang terus berkembang, serta penyederhanaan portofolio produk—sebagai langkah yang solid untuk meningkatkan monetisasi dan efisiensi operasional.
“Dengan target yang lebih realistis untuk menambah 750 ribu pelanggan baru IndiHome pada tahun 2025 dan dorongan agresif terhadap paket entry-level dengan harga kompetitif, kami meyakini bahwa TLKM berada pada jalur yang positif untuk mempertahankan daya saing jangka panjang,” jelasnya dengan tetap mencermati dalam tren jangka pendek, TLKM masih menghadapi tekanan margin di segmen fixed broadband.
Senada dengan Phillip Sekuritas dengan sikap Bullish, sebanyak 31 Analis merekomendasikan Buy saham TLKM berdasarkan konsensus Bloomberg. Sementara ada 10 analis rekomendasikan Hold, dan tidak ada satu–pun rekomendasikan Sell.
Konsensus menghasilkan target harga potensial saham TLKM mencapai Rp3.226/saham untuk 12 bulan ke depan.
Terbaru, Henry Tedja, Analis Mandiri Sekuritas memberikan rekomendasi Buy pada saham TLKM dengan target harga Rp3.500/saham. Sedangkan Arthur Pineda, Analis Citi memberikan rekomendasi Buy dengan target harga mencapai Rp3.600/saham.
(fad)