“Garuda Indonesia memproyeksikan, akan mengoperasikan total sekitar 120 pesawat hingga 5 tahun ke depan. Kini melalui kolaborasi strategis bersama dan antara, Garuda Indonesia telah memasuki fase penyehatan kinerja beriode 2025-2029,” kata Wamildan dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025).
Meski demikian, Wamildan tidak merincikan porsi bantuan finansial tersebut bagi Garuda Indonesia sebagai induk dan anak usahanya, PT Citilink Indonesia.
Adapun pada pemberitaan Bloomberg Technoz sebelumnya Rincian bantuan finansial tersebut akan memiliki rincian sebanyak US$294 juta atau setara Rp4,85 triliun akan diberikan kepada Citilink Indonesia dan sisanya sebesar US$111 juta atau setara Rp1,83 triliun akan dialokasikan untuk GIAA.
Namun, Direktur Niaga Garuda Indonesia Ade. R Susardi mengatakan pertimbangan porsi besar ke Citilink didasarkan karena kebutuhan utama saat ini adalah maintenance, terutama untuk Citilink.
“Jadi diharapkan Citilink bisa menambah pesawat yang dioperasikan,” kata Ade saat dikonfirmasi.
Negara Pernah Suntik Modal Garuda Lewat PMN
Sebelumnya, Garuda Indonesia memperoleh dukungan pendanaan dari pemerintah melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun.
Dana tersebut diterima pada 20 Desember 2022 dan direncanakan penggunaannya untuk mempercepat proses pemulihan perusahaan setelah restrukturisasi komprehensif. Hingga Triwulan IV-2024, seluruh dana PMN telah diutilisasi untuk berbagai kebutuhan strategis, antara lain pembayaran pemeliharaan dan restorasi pesawat (aircraft maintenance and restoration), cadangan pemeliharaan (maintenance reserve), bahan bakar pesawat (aircraft fuel), sewa pesawat (aircraft lease rent), serta biaya restrukturisasi (restructuring costs).
Mengutip laporan tahunan 2024, penggunaan dana ini turut memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha Garuda Indonesia agar dapat menjalankan operasional secara berkelanjutan ke depannya.
Selanjutnya, dana PMN tersebut direncanakan akan dikonversi menjadi saham melalui pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Dengan harga pelaksanaan sebesar Rp196 per saham, jumlah saham yang akan diterbitkan sebelum pembulatan mencapai 38.265.306.122 lembar. Setelah dilakukan pembulatan, jumlah saham yang dialokasikan menjadi 38.265.306.122 lembar, sehingga nilai PMN yang dikonversi menjadi saham mencapai Rp7,49 triliun.
(dhf)





























