Logo Bloomberg Technoz

Tafsir Tunggal Kepentingan Bangsa, Demokrasi Terpimpin Ala Jokowi

Sultan Ibnu Affan
31 May 2023 07:24

Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka KTT Asean 42 di Meruorah Hotel Labuan Bajo. (Photo credit: ASEAN2023 Host Photographer)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka KTT Asean 42 di Meruorah Hotel Labuan Bajo. (Photo credit: ASEAN2023 Host Photographer)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Cawe-cawe politik Presiden Jokowi sudah tak wajar. Keinginan untuk ikut campur dalam pemilu kuat digemakan presiden yang posisinya seharusnya netral. Sejumlah kalangan dan pengamat menyuarakan kekhawatiran.

Dalam demokrasi, penentu bukanlah penguasa, mandat tertinggi ada di tangan rakyat. Jokowi hanya perlu memastikan pemilu berjalan aman dan lancar. Estafet pemimpin berikutnya biarkan rakyat yang menentukan. Soal vulgarnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui cawe-cawe politik  ditanggapi oleh pengamat.

"Ya ya saya khawatir seperti itu karena ketika dirinya walaupun memang berasal dari partai politik dan terpilih menjadi presiden, dia harus memakai baju yang lebih besar lagi, (baju) bangsa dan negara bukan hanya (baju) partai," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat saat ditanya soal vulgar dan berlebihannya pernyataan Jokowi.

Dia menilai, seharusnya Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan yang lebih umum dalam kepentingan pemilu. Misalnya bagaimana mendukung suksesnya pemilu serentak kemudian bagaimana masyarakat menggunakan hak pilihnya dan percaya bakal capres yang terpilih adalah orang yang memang diinginkan suara terbanyak. Hal itu karenanya harus dihormati.

"Dan semua harus didukung karena sejak 1998 kita memilih secara demokrasi maka rules of game dari demokrasi itu harus diimplementasikan. Bagaimana seseorang yang dipilih oleh orang yang lebih banyak tentu saja itu menjadi pemimpin," kata dia.