Dari sisi pertumbuhan ekonomi nasional, Deni mengatakan, pemerintah tetap optimis bahwa fondasi ekonomi Indonesia cukup kuat, didukung oleh konsumsi domestik, kinerja sektor utama yang terjaga dan ditopang oleh kebijakan fiskal yang responsif.
Namun, pemerintah tetap bersiap dengan berbagai langkah mitigasi jika ketegangan geopolitik berdampak cukup besar terhadap stabilitas ekonomi global.
Menurut Deni, pemerintah akan antisipatif dengan menyiapkan berbagai kebijakan stimulus fiskal yang terarah dan terukur, agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan sektor produktif tetap bergerak.
"[Hal ini] termasuk strategi rekonstruksi belanja negara untuk menghasilkan belanja yang lebih berdampak. Upaya ini menjadi bagian dari strategi jangka menengah dalam menjaga kualitas belanja dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan," ujarnya.
Untuk nilai tukar rupiah, Deni mengatakan, dinamikanya sangat sensitif terhadap ketidakpastian global. Kemenkeu berkoordinasi dengan Bank Indonesia, baik secara bilateral melalui koordinasi kebijakan fiskal dan moneter maupun bersama-sama di dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menjaga stabilitas nilai tukar.
"Fundamental ekonomi Indonesia yang baik dan komitmen Pemerintah terhadap reformasi struktural tetap menjadi dasar yang kuat untuk menjaga kepercayaan pasar terhadap rupiah," ujarnya.
Deni mengatakan hal ini tercermin dari bagaimana dinamika nilai tukar rupiah usai penetapan tarif oleh Amerika Serikat (AS). Rupiah tetap terjaga di bawah Rp17.000/US$, dan membaik signifikan belakangan ini mendekati level Rp16.000/US$.
Pada pagi ini, rupiah spot, seperti dilansir dari data Bloomberg, dibuka melemah 0,09% di level Rp16.310/US$. Pelemahan rupiah mengikuti gelombang kemerosotan yang melanda mayoritas mata uang di kawasan Asia.
"Pemerintah, melalui Kemenkeu, terus memantau berbagai perkembangan situasi geopolitik global, termasuk ketegangan antara Iran dan Israel," ujarnya.
Terlebih, Kemenkeu melihat eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah berpotensi memberikan dampak terhadap perekonomian global, khususnya melalui jalur harga komoditas energi seperti minyak dan gas, serta sentimen pasar keuangan global.
Serangan mematikan antara Israel dan Iran berlanjut hingga Minggu (15/6/2025) malam waktu setempat. Israel bersumpah akan mengintensifkan operasinya terhadap Iran untuk "memperkuat keamanan kami selama bertahun-tahun mendatang," kata Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Eyal Zamir.
Kementerian Kesehatan Iran mengungkap korban tewas bertambah sedikitnya menjadi 224 orang sejak Israel melancarkan gelombang serangan di seluruh negeri pada Jumat (13/6/2025).
Menurut media semi-resmi Iran, Mehr News, juru bicara Kementerian Kesehatan Hossein Kermanpour mengatakan 1.277 orang telah dirawat di rumah sakit, dan sebagian besar korban, "lebih dari 90%," adalah warga sipil.
(lav)
































