Sebelumnya, Trump telah memperingatkan bahwa Iran masih memiliki kesempatan untuk mencapai kesepakatan sebelum “semuanya musnah”, ia sampaikan melalui media sosialnya, Truth Social, dikutip dari CNN.
“Amerika Serikat membuat peralatan militer terbaik dan paling mematikan di dunia, jauh lebih unggul, dan Israel memiliki banyak di antaranya — dan masih banyak yang akan datang. Mereka tahu cara menggunakannya.”
Trump menyiratkan bahwa serangan lanjutan telah direncanakan dan akan lebih brutal.
Araghchi memperingatkan bahwa setiap ketidakamanan di wilayah tersebut “dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi keamanan dan stabilitas seluruh dunia,” dilaporkan Bloomberg News.
Araghchi mendesak AS untuk mengutuk serangan-serangan yang menargetkan fasilitas-fasilitas nuklir Iran.
Merespons situasi, Trump menyampaikan bahwa ada kemungkinan AS dapat terlibat dalam konflik Israel-Iran, dalam sebuah wawancara dengan ABC News. “Mungkin saja kita bisa terlibat.” Namun Trump kemudian sebut bahwa AS “saat ini tidak terlibat.”
AS memang belum secara terbuka membantu Israel dalam serangannya, tetapi telah membantu negara itu mempertahankan diri. AS memiliki pesawat-pesawat tempur, kapal-kapal, dan sistem pertahanan udara berbasis darat yang diposisikan di dekat negara-negara yang bertikai untuk membantu melawan serangan Iran terhadap aset-aset atau orang-orang Amerika.
Dalam pertemuannya dengan Vladimir Putin Sabtu pekan lalu, Trump akan “terbuka” untuk meminta presiden Rusia itu menjadi penengah dalam konflik tersebut.
“Dia sudah siap. Dia menelepon saya tentang hal itu. Kami berbicara panjang lebar tentang hal itu,” papar Trump.
Diketahui, Rusia adalah sekutu strategis Iran. Kedua negara ini pernah bekerja sama melawan AS dalam perang di Suriah dan Irak.
(red/wep)
