Logo Bloomberg Technoz

Di Iran, media pemerintah melaporkan bahwa sistem pertahanan udara kembali diaktifkan untuk mengantisipasi serangan balasan.

Rentetan serangan ini menandai titik balik dalam konflik kedua negara, sekaligus menguji sejauh mana keduanya bersedia meningkatkan agresi.

Pada tahun lalu, ketika Iran dan Israel saling menyerang, jeda waktu antarserangan masih terasa dan muncul kesan bahwa konflik akan mereda usai serangan balasan. Namun kali ini, Israel memberi sinyal bahwa operasi ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu.

Bagi Iran, ini menjadi masalah eksistensial. Negara itu kini menghadapi ujian besar: apakah dapat membalas retorika agresifnya dengan tindakan yang setara. Israel telah memperlihatkan kelemahan-kelemahan Iran, menghancurkan jaringan proksi, dan menewaskan para pemimpin kunci.

Eskalasi lebih lanjut—terutama jika menyasar fasilitas militer atau diplomatik AS di kawasan—bisa mendongkrak dukungan politik dalam negeri, namun juga berisiko memperparah konflik secara dramatis. Belum jelas apakah Teheran mempertimbangkan opsi ekstrem seperti menutup Selat Hormuz, jalur minyak paling vital di dunia yang selama ini ditakuti para pelaku pasar.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam pernyataan video yang direkam sebelumnya dan disiarkan televisi pemerintah, bersumpah akan "bertindak dengan keras." Pernyataan itu dirilis setelah Iran memulai serangan balasan.

Berbeda dari sebelumnya, kali ini Iran merespons jauh lebih cepat. Dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang akhirnya melancarkan serangan terhadap program nuklir Iran yang sudah lama ia ancam, Teheran merasa perlu merespons secara sepadan.

Sejauh ini, Israel memilih untuk tidak menyeret AS secara langsung ke dalam konflik. Analisis dari Bloomberg Economics menyebutkan hal ini sebagai langkah paling mungkin, karena Iran tidak sanggup berperang langsung dengan kekuatan ekonomi dan militer terbesar di dunia. Latar belakangnya adalah perundingan nuklir tidak langsung antara Iran dan AS, dengan putaran keenam yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu.

Namun, kerusakan terhadap posisi Iran di kawasan sudah terjadi. Kepala Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Hossein Salami, dan Kepala Staf Militer Iran, Mohammad Bagheri, tewas dalam serangan Israel. Setidaknya dua anggota senior IRGC lainnya juga gugur, dan sejumlah fasilitas nuklir dilaporkan menjadi sasaran.

Komandan Militer Iran yang terbunuh dalam serangan Israel. (Sumber: Bloomberg)

Iran telah memberi tahu Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa Israel menyerang fasilitas nuklir di Fordow dan Isfahan dalam 24 jam terakhir, ungkap Direktur Jenderal Rafael Mariano Grossi di hadapan Dewan Keamanan PBB, Jumat.

Grossi menyatakan bahwa IAEA belum memiliki informasi lebih lanjut selain indikasi adanya aktivitas militer di sekitar fasilitas tersebut. Namun, jika fasilitas Isfahan lumpuh, hal itu dapat sangat menghambat kemampuan Iran memperkaya uranium dalam jumlah besar.

“Israel tidak boleh mengira semuanya sudah berakhir. Kami tidak akan membiarkan mereka lolos dari kejahatan besar ini,” kata Khamenei.

Namun, pernyataan ringkas Khamenei mengindikasikan bahwa Iran kemungkinan belum bersedia memberikan konsesi apa pun. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut serangan hari Jumat (13/6/2025) telah menggagalkan proses diplomasi.

Sementara itu, para pemimpin negara-negara anggota G-7 berkumpul di Pegunungan Rocky, Kanada. Fokus kini tertuju pada bagaimana Presiden AS Donald Trump akan merespons situasi ini—atau justru memilih tidak merespons. Sebelum KTT dimulai, para pemimpin berharap bisa menghindari isu geopolitik yang rumit. Namun lonjakan harga minyak dan implikasinya terhadap inflasi serta ekspor energi membuat itu sulit dihindari.

Dengan kawasan ini menjadi simpul penting dalam jalur pelayaran dunia—baik untuk minyak maupun barang konsumsi—perang besar akan semakin membebani sistem perdagangan global yang sudah terguncang akibat perang dagang.

Trump sendiri hanya memberikan wawancara singkat lewat telepon kepada beberapa jurnalis, terutama dari jaringan televisi, dan belum tampil di depan kamera untuk menyampaikan pernyataan resmi. Gedung Putih mengatakan Trump tidak dijadwalkan tampil di depan publik pada Jumat malam, meski bisa saja menyampaikan pesan lewat media sosial atau wawancara tambahan.

Sabtu, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-79, Trump dijadwalkan memimpin parade militer untuk memperingati 250 tahun Angkatan Darat AS. Lewat media sosial, ia memperingatkan Iran untuk "membuat kesepakatan sebelum semuanya terlambat."

Pada Sabtu, dampak kerusakan dari kedua belah pihak mulai terlihat lebih jelas. Israel menyatakan lebih dari 200 pesawat tempur dikerahkan untuk menyerang sekitar 100 lokasi di Iran. Media Iran melaporkan sedikitnya 95 orang terluka dan sejumlah bangunan tempat tinggal di pinggiran Teheran terkena dampaknya. Duta Besar Iran untuk PBB menyebutkan 78 orang tewas dalam serangan tersebut.

Netanyahu dan Trump berbicara melalui telepon pada Jumat untuk membahas konflik yang tengah berlangsung, menurut keterangan pejabat Gedung Putih.

AS menyatakan tidak terlibat dalam serangan awal Israel, dan memperingatkan Iran agar tidak membalas dengan menyerang personel militer AS. Meski keterlibatan AS dalam membantu sistem pertahanan udara Israel adalah hal lazim, langkah berikutnya dari Washington akan menjadi penentu.

(bbn)

No more pages