Hubungan Israel dan Iran awalnya erat sejak tahun 1950-an saat Iran masih diperintah Shah Mohammad Reza Pahlavi. Namun, Revolusi Islam Iran tahun 1979 mengubah segalanya. Pemerintahan baru Iran menyerukan penghancuran Israel dan menuduh negara Yahudi itu sebagai kekuatan imperialis di Timur Tengah. Iran kemudian mendukung kelompok-kelompok yang memusuhi Israel, seperti Hamas, Hizbullah, dan Houthi.
Israel menganggap kemungkinan Iran memiliki senjata nuklir sebagai risiko eksistensial. Pejabat Israel berulang kali menyatakan bahwa jika Iran mendekati kemampuan senjata nuklir, mereka akan menyerang program nuklir Iran, seperti yang dilakukan terhadap reaktor Irak pada 1981 dan situs nuklir Suriah pada 2007.
Apakah Israel dan Iran pernah saling menyerang secara langsung?
Sebelum serangan Israel pada 13 Juni, benturan langsung pertama terjadi pada April 2024 saat Iran meluncurkan serangan besar berupa rudal dan drone ke Israel. Serangan ini dipicu oleh serangan udara dua pekan sebelumnya terhadap kantor diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, yang secara luas diyakini dilakukan Israel meski tidak diakui.
Serangan Iran menyebabkan kerusakan minimal dan dibalas dengan serangan terbatas oleh Israel. Namun, insiden ini menggeser dinamika konflik ke fase yang lebih berbahaya, membuka jalan bagi konfrontasi langsung terbuka.
Israel juga disebut telah membunuh pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di jantung ibu kota Iran pada Juli 2024. Gelombang baru serangan rudal dan udara pun kembali terjadi pada Oktober.
Bagaimana perbandingan kekuatan militer Israel dan Iran?
Israel memiliki keunggulan teknologi militer yang besar atas Iran, sebagian berkat dukungan finansial dan militer dari AS. Israel adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin. Selain itu, Israel diyakini memiliki senjata nuklir, meski belum pernah dikonfirmasi secara resmi.
Iran dicurigai berambisi menggunakan program tenaga nuklirnya untuk membuat senjata atom — sesuatu yang terus mereka bantah. Cadangan uranium Iran telah meningkat dan dapat dimurnikan hingga tingkat 90%, standar untuk senjata nuklir, jika pemerintah memilih jalur itu. Meski begitu, Iran masih perlu menguasai teknologi untuk menjadikan bahan bakar nuklir itu menjadi senjata siap pakai.
Sanksi dan isolasi politik membuat Iran kesulitan mengakses teknologi militer luar negeri, mendorong pengembangan senjata dalam negeri. Pesawat tempurnya kebanyakan adalah model lama dari era pra-1979. Iran berniat meningkatkan kekuatan militernya melalui kerja sama dengan Rusia, termasuk pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 meski belum jelas kapan dikirim.
Walau kalah secara teknologi, Iran memiliki stok besar rudal balistik, rudal jelajah, dan drone murah yang digunakan saat menyerang Israel pada 2024. Namun, mereka kesulitan menembus pertahanan udara Israel. Sistem pertahanan Arrow dan David’s Sling, dibantu militer AS dan sekutu lainnya, berhasil mencegat 99% dari lebih 300 rudal dan drone yang diluncurkan Iran pada April 2024.
Iran sendiri memiliki sistem pertahanan udara seperti S-300 buatan Rusia dan Arman buatan lokal. Namun, sistem ini belum banyak teruji dalam pertempuran — mencerminkan strategi perang asimetris Iran ketimbang pertarungan langsung.
Kedua negara juga memiliki kemampuan perang siber. Lebih dari satu dekade lalu, malware Stuxnet yang diduga buatan AS dan Israel mengganggu operasi fasilitas pengayaan uranium Iran.
Menurut laporan Badan Intelijen Pertahanan AS tahun lalu, Iran mampu melakukan berbagai operasi siber — dari propaganda hingga serangan destruktif ke jaringan pemerintah dan komersial dunia. Salah satunya adalah serangan yang ditujukan untuk melumpuhkan sistem komputer dan aliran air di dua distrik Israel.
Seberapa sulit bagi Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran?
Serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran akan menjadi langkah ekstrem dan sulit dilakukan. Fasilitas-fasilitas tersebut tersebar di seluruh negeri dan banyak yang kini berada di bawah tanah untuk menghindari serangan.
Meski begitu, operasi sabotase skala kecil yang diduga dilakukan Israel masih terus terjadi. Israel diyakini berada di balik pembunuhan lima ilmuwan nuklir Iran sejak 2010. Pada 2021, Iran menyalahkan Israel atas ledakan di fasilitas pengayaan penting.
Israel menyatakan telah menghancurkan sebagian besar pertahanan udara Iran dan kapasitas produksi misil mereka dalam konflik pada Oktober 2024. Jika benar, Israel akan menghadapi perlawanan yang lebih sedikit dalam serangan lanjutan.
Namun, pejabat intelijen memperingatkan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir hanya akan menunda, bukan menghancurkan, kemampuan Iran dalam merakit senjata nuklir. Selain itu, operasi ini rumit karena jet tempur Israel perlu pengisian bahan bakar di udara untuk mencapai Iran dan kembali.
Pejabat senior militer Iran pada April 2024 mengatakan bahwa negaranya akan membalas secara setimpal jika Israel menyerang aset nuklirnya. Bahkan ancaman itu saja disebut bisa mendorong Iran mengubah pendekatannya terhadap program nuklir yang mereka klaim damai.
Siapa sekutu masing-masing negara?
Sekutu utama Iran adalah milisi Syiah di Lebanon, Yaman, dan Irak yang mereka bantu dengan dana, senjata, dan pelatihan. Hizbullah di Lebanon semula menjadi yang terkuat, namun kini melemah setelah konflik dengan Israel, termasuk serangan darat Israel ke Lebanon. Iran juga kehilangan satu-satunya sekutu negara di Timur Tengah, Suriah, setelah jatuhnya Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024.
Kelompok Houthi di Yaman kemungkinan besar akan ikut campur dalam perang Israel-Iran. Sejak perang Israel-Hamas dimulai, mereka rutin menyerang Israel dengan rudal dan drone serta kapal dagang di Laut Merah. Pada Juli 2024, drone Houthi menghantam gedung di pusat Tel Aviv dan menewaskan satu orang. Pada Mei 2025, rudal mereka jatuh di dekat bandara utama Israel, menyebabkan banyak maskapai asing menghentikan penerbangan.
Iran menjalin hubungan hangat dengan Rusia, meski perang Ukraina membatasi kapasitas bantuan Rusia. Iran juga memiliki hubungan erat dengan China, yang tetap membeli minyak Iran meski dikenai sanksi oleh AS dan sekutunya.
Israel didukung oleh AS dan Inggris. Kedua negara membantu mencegat rudal dan drone Iran pada 2024. AS juga meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah dengan menambah kapal perang, jet tempur, dan sistem pertahanan rudal.
Namun, operasi Israel ini menjadi krisis kebijakan luar negeri pertama bagi Presiden AS Donald Trump di masa jabatan keduanya. Ia sebelumnya beberapa kali mendesak PM Israel Benjamin Netanyahu untuk tidak menyerang.
Bagaimana negara-negara Arab merespons?
Negara-negara Arab berada dalam posisi sulit. Empat negara Teluk telah menormalisasi hubungan dengan Israel melalui Abraham Accords tahun 2020 karena ketidakpercayaan bersama terhadap Iran. Namun, kini mereka berupaya memperbaiki hubungan dengan Teheran sambil fokus pada pembangunan ekonomi domestik, apalagi setelah AS mulai menarik diri dari kawasan. Berbeda dari masa lalu, kini mereka terbuka menyuarakan dukungan pada jalur diplomasi.
Iran dan Arab Saudi memulihkan hubungan diplomatik tahun 2023 setelah tujuh tahun putus. Saudi sebelumnya menjajaki normalisasi hubungan dengan Israel dalam paket kesepakatan yang juga mengincar jaminan keamanan dari AS, dan kini kemungkinan akan menghindari keterlibatan langsung dalam konflik.
Kemungkinan kecil negara Arab akan mendukung Israel dalam konfrontasi terbuka melawan negara Muslim, apalagi sekuat Iran. Namun, serangan Israel ke Iran mungkin hanya memerlukan restu diam-diam agar jet-jet tempur Israel bisa melintasi wilayah udara mereka.
(bbn)































