Logo Bloomberg Technoz

Hal ini menurut Khudori dikarenakan  produksi beras dunia yang saat ini tengah meroket. Dengan harga beras dunia yang sedang murah, Khudori mempertanyakan terkait mungkinkah ada negara yang mau membeli beras Indonesia.

Mengacu pada data Bapanas, harga beras dunia pada pertengahan Mei yang lalu berada di level US$ 390 sampai US$ 460 per metrik ton. Artinya  harga beras dunia hanya sebesar US$0,39 hingga US$0,46 (Rp6.351–Rp7.120 per kilogram).

Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) beras secara nasional untuk beras medium dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) adalah sebesar Rp12.500.

“Ekspor itu pada harga berapa. Saat ini harga beras di pasar dunia lagi turun. Harga sedang murah. Harga beras RI sepertinya sekitar 1,7-1,8 kali atau hampir  dua kali  harga beras di pasar dunia. Apakah harga beras yg diekspor ke Malaysia mengikuti harga beras di pasar dunia? Atau transaksi ini bukan semata-mata bisnis, tapi ada misi kemanusiaan dan persahabatan.” kata Khudori.

Ia juga mempertanyakan mengenai kualitas ekspor beras, apakah Indonesia akan mengimpor beras medium atau beras premium yang tentu saja akan berbeda dari sumbernya. Beras CBP misalnya memiliki kualitas medium dengan derajat sosoh 95% dan broken 25% yang menurutnya tak terlalu dikenal di dunia.

“Atau yang diekspor beras premium dengan kualitas derajat sosoh 100% dan broken 5%. Jika yg terakhir ini yg diekspor, berasnya dari mana? Apa beras komersial Bulog? Atau beras sisa impor tahun lalu kemudian direekspor? Atau beras khusus, seperti beras organik atau beras aromatik?” kata Khudori.

Potensi Ekspor yang Tak Terlalu Besar

Khudori menyebut jika Malaysia, sebagai salah satu negara yang berpotensi mengimpor beras dari Indonesia tak akan terlalu menyerap pasar ekspor RI. Pasalnya, Menteri Pertanian menyebut bahwa negeri jiran tersebut hanya mengimpor 2 ribu ton per bulannya. Artinya, dalam setahun Malaysia cuma akan mengimpor 24 ribu ton beras.

“Pendek kata, dg ekspor sebesar 24 ribu ton sebenarnya amat kecil bila dibandingkan dg kebutuhan konsumsi kita.” lanjut Khudori. Ia menyebut bahwa saat ini, konsumsi beras tahunan RI adalah sebesar Rp30,5 juta ton beras.

Sehingga dengan produksi beras tahun ini yang mencapai 32,5 juta ton, ekspor bukan menjadi hal mustahil dari sisi jumlah Apalagi jika produksi bisa mencapai seperti perkiraan USDA (United States Department of Agriculture) yang mencapai 34,6 juta ton beras.

“Surplusnya akan besar. Tapi surplus apa tidak dan jika surplus seberapa besar sebenarnya blm bisa kita pastikan pada hari2 ini. Kepastian ttg itu bisa dibaca nanti di akhir September atau Oktober.” kata Khudori.

Hal tersebut karena saat itu produksi sudah mencapai 80-85% dari produksi setahun. Ia juga mengatakan jika keran ekspor dibuka hanya untuk memenuhi kebutuhan Malaysia sesungguhnya tidak  masalah untuk dibuka.

(ell)

No more pages