Pudji mengatakan, rendahnya realisasi neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 disebabkan karena penurunan nilai ekspor 10,77% dibandingkan dengan Maret 2025 dan peningkatan impor 8,8% (mtm).
Pada saat yang sama, neraca dagang Indonesia juga mengalami surplus selama 60 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Pudji mengatakan surplus neraca dagang ditopang komoditas nonmigas. Komoditas surplus utamanya ialah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja.
Potensi Praktik Dumping dari China ke Indonesia
Menanggapi besarnya kuantitas ekspor yang berasal dari negeri tiri bambu tersebut, kalangan ekonom mengindikasikan adanya potensi praktik dumping dari China ke Indonesia pada April 2025 atau menjelang tenggat waktu (deadline) kesepakatan tarif perdagangan Amerika Serikat selama 90 hari.
Dumping merupakan praktik perniagaan tidak sehat (unfair trade) yang dilakukan suatu negara dengan cara menjual atau 'membuang' (dump) barang buatannya ke luar negeri, dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di dalam negerinya.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia (Persero) Tbk David Sumual melandasi proyeksinya dengan mengutip data dari UN Comtrade yang menujukkan ekspor dari China ke Indonesia meningkat 37% secara tahunan pada April 2025 secara yoy.
"Data China ekspor ke Indonesia naik 37% [yoy], sepertinya ada efek dari deadline tarif. Kelihatannya ada dumping barang juga dari China jelang deadline tarif," ujar David kepada Bloomberg Technoz, Selasa (3/6/2025).
Selain China, David mengatakan terjadi lonjakan atau peningkatan impor yang signifikan dari Singapura. Hal ini mengindikasikan potensi dumping dengan mengalihkan barang ke pasar Indonesia seiring perang dagang yang berlanjut.
Dikonfirmasi secara terpisah, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi menilai terdapat relokasi produksi dari China ke Indonesia akibat tarif Presiden AS Donald Trump. Akibatnya, banyak bahan baku manufaktur dan barang modal yang diimpor dari China ke Indonesia.
“Namun, tidak semua ekspornya langsung ke AS, nanti ada lagi yang diekspor ke negara Association of Southeast Asia Nation [ASEAN] lain," ujar Lionel kepada Bloomberg Technoz.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2025, yang terendah secara bulanan (mtm) sejak Mei 2020, merupakan dampak dari kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat.
Menurutnya, dampak kebijakan tarif perdagangan oleh Presiden AS Donald Trump memang terlihat pada April dan Mei 2025. Dalam hal ini, Bendahara Negara meyakini dampak kebijakan tarif Trump bakal makin terasa di seluruh dunia pada Mei 2025.
"Kalau April kemarin barangkali masih diumumkan pengiriman [shipment] sudah jalan, kita lihat pada Mei nya dampak di seluruh dunianya juga sudah terlihat," ujar Sri Mulyani saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, senin (2/6/2025).
(ell)
































