"Insyallah tahun ini, rencana tahun ini. Kami sangat mempertimbangkan untuk menerbitkan tahun ini, tergantung pada kondisi pasar," ujar Suminto saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jumat (23/5/2025).
Suminto mengatakan alasan penerbitan dan penjualan dengan denominasi selain dolar Amerika Serikat dilakukan sebagai langkah diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor.
Pertimbangan untuk menambah denomisasi tidak saja untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, tetapi juga untuk mengelola portfolio utang yang optimal dengan biaya dana (cost of fund) yang minimal dengan risiko yang terkelola.
"Diversifikasi instrumen akan memungkinkan kita mengelola portfolio yang lebih baik dalam konteks peningkatan biaya, termasuk dalam konteks perluasan basis investor," ujarnya.
Ketika ditanya apakah langkah tersebut bakal mengurangi dominasi dolar AS, lanjut Suminto, pemerintah lebih bersikap oportunistik. Bila terdapat obligasi yang menguntungkan, maka pemerintah akan memperbesar porsinya.
Suminto menjelaskan, biasanya porsi obligasi dan pinjaman asing adalah 29% dari outstanding, sementara 71% domestik.
Dalam kesempatan yang sama, Thomas mengatakan dalam rangka diversifikasi instrumen, pemerintah juga mempertimbangkan untuk menerbitkan Dimsum Bond (Renminbi) dan Kangaroo Bond (AUD).
Adapun, pada 23 Mei 2025, pemerintah telah menerbitkan Samurai Bond sebesar JPY 103,2 miliar (eq. US$725 juta). Samurai Bond diterbitkan dalam 5 tenor: 3, 5, 7, 10, 20 tahun, dengan kupon/yield masing-masing 1,56%; 1,87%; 2,05%; 2,35%; dan 3,26%.
“Untuk tenor 20 tahun diterbitkan dalam format Blue Bond,” ujar Thomas.
(lav)































