Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - IHSG ditutup menguat pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat. Terlebih penguatan IHSG menjadi salah satu yang terbaik di Bursa Asia, terdorong penguatan nilai tukar rupiah yang amat positif di pasar spot hingga jadi yang paling menguat sejak Februari lalu.

Pada Jumat (23/5/2025), IHSG ditutup di posisi 7.214,16. Menguat 0,66% dan 47,18 poin dibandingkan hari sebelumnya.

Penutupan IHSG Sesi II pada Jumat 23 Mei 2025 (Bloomberg)

Posisi tertinggi IHSG hari ini ada di 7.223,25 sedangkan terendahnya sempat di 7.177,24. Volume perdagangan melibatkan 16,79 miliar saham. Dengan nilai perdagangan Rp12,14 triliun, dan frekuensi 1,18 juta kali diperjualbelikan.

Saham-saham barang baku, saham transportasi, dan saham perindustrian jadi yang tertinggi penguatannya pada tutup dagang hari ini, menguat mencapai 3,16%, 1,23%, dan 0,74% masing-masing. Sementara itu, saham-saham keuangan, dan saham teknologi juga berhasil menguat dengan kenaikan 0,63%, dan 0,39%.

Sebanyak-banyaknya 280 saham yang menguat. Sedang sebanyak 315 saham melemah dan 211 saham lainnya tidak bergerak.

Di samping itu, saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya saham PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) yang melesat 34,8%, saham PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) melonjak 34,3%, dan saham PT KFC Indonesia Tbk (FAST) melejit 16,6%.

Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya saham PT Bumibenowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS) yang ambles 14,6%, saham PT Mitra Investindo Tbk (MITI) yang jatuh 12,6%, dan saham PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) yang ambruk 10,4%.

Bursa Asia lainnya justru melemah. Index Shanghai Comp. (China), Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), TW Weighted Index (Taiwan), dan KOSPI (Korea Selatan) yang terpeleset masing-masing melemah 0,94%, 0,89%, 0,81%, 0,09%, dan 0,06%.

Di sisi berseberangan, PSEI (Filipina), SENSEX (India), TOPIX (Jepang), IHSG (Indonesia), KLCI (Malaysia), NIKKEI 225 (Tokyo), SETI (Thailand), Hang Seng (Hong Kong), Straits Time (Singapura), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam)  yang berhasil menguat masing-masing 1,71%, 0,95%, 0,68%, 0,66%, 0,55%, 0,47%, 0,25%, 0,24%, 0,06%, dan 0,05%.

Jadi, IHSG adalah Bursa Saham dengan penguatan terbaik keempat di Asia.

Dari dalam negeri, apresiasi rupiah menjadi sentimen positif bagi IHSG. Di sepanjang perdagangan hari ini, rupiah terus-menerus menguat dan solid di hadapan dolar Amerika Serikat.

Pada tutup perdagangan di pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp16.222. Rupiah menguat 0,66% point-to-point.

Penguatan Nilai Tukar Rupiah 0,66% pada Jumat 23 Mei 2025 (Bloomberg)

Sejak pagi tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka langsung menguat dan stabil di tren positif dalam pembukaan perdagangan pasar spot, Jumat melampaui level Rp16.300/US$.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terus menguat hingga menempati level terkuatnya di sesi intraday mencapai Rp16.222/US$ pada penutupan perdagangan, hingga berhasil mencatatkan kenaikan mingguan terbaik dalam tiga minggu dengan menyentuh level terkuat sejak Februari lalu.

Arus modal asing yang masih berlanjut baik di pasar saham serta surat utang negara, termasuk setelah keputusan pemangkasan suku bunga acuan BI Rate, memberi dorongan bullish pada rupiah hingga sejauh ini masuk dalam lima besar valuta Asia dengan kinerja terbaik.

Keyakinan atas kebijakan pelonggaran moneter akan berlanjut di sisa tahun, makin menguat menyusul penurunan tingkat bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dalam lelang hari ini. Lelang SRBI siang ini menunjukkan SRBI tenor 12 bulan menyentuh level terendah, sejak pertama kali instrumen diperkenalkan pada September 2023 silam.

“BI bisa memangkas bunga acuan lagi sebesar 75 basis poin tahun ini seiring rupiah yang mulai stabil, meski adanya potensi penundaan penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat mungkin akan memperlambat laju penurunan BI Rate,” kata Rina Jio dan Danny Suwanapruti, analis Goldman Sachs, dalam catatannya seperti dilansir dari Bloomberg.

Efeknya, saat rupiah menguat, beban utang luar negeri masing-masing emiten Perusahaan akan terpangkas. Apalagi bagi emiten yang mengumpulkan pendapatan dalam rupiah.

Pada nantinya, berpotensi membuat bertambahnya nilai laba bersih Perusahaan. Ketika laba emiten mencatat pertumbuhan, investor bisa berharap menikmati datangnya dividen yang memetik keuntungan dari saham.

(fad/wep)

No more pages