Rupiah malah melesat menyentuh Rp16.295/US$, level yang terakhir kali terlihat pada 7 Maret lalu, sebelum huru hara tarif Trump mengguncang pasar dan menyeret rupiah ke level terburuk sepanjang masa pada April.
Ekonomi Butuh Dukungan
Tingkat suku bunga acuan Indonesia diperkirakan masih akan lanjut dipangkas oleh bank sentral untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi tak makin terseret lemah.
BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi di kisaran 4,6%-5,4% dari proyeksi sebelumnya 4,7%-5,5%. Dalam pernyataannya berulang, Gubernur Perry mengharapkan perbankan bisa menurunkan suku bunga kredit agar sektor riil bisa terbantu bergerak.
Rasio pendanaan luar negeri perbankan dinaikkan jadi 35% dari modal efektif. Sedangkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial dipangkas 100 bps jadi 4% untuk perbankan konvensional dan 2,5% untuk perbankan syariah. Keduanya untuk membantu fleksibilitas perbankan dalam mengelola likuiditas.
"BI bisa memangkas bunga acuan lagi sebesar 75 basis poin tahun ini seiring rupiah yang mulai stabil, meski adanya potensi penundaan penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat mungkin akan memperlambat laju penurunan BI rate," kata Rina Jio dan Danny Suwarnapruti, analis Goldman Sacsh, dalam catatannya seperti dilansir dari Bloomberg.
Berikut ini rangkuman analisis dan proyeksi para analis asing menanggapi langkah pemangkasan bunga acuan BI rate kemarin, dikutip dari Bloomberg:
Pranjul Bhandari dan Aayushi Chaundhary, HSBC Holdings Pls
- Memperkirakan BI akan memangkas BI rate lagi sebesar 25 basis poin pada kuartal III-2025 dan sebesar 50 basis poin pada kuartal akhir tahun ini. Pada kuartal 1-2026, BI rate diperkirakan akan turun lagi sehingga levelnya ada di 4,50%
- Memperkirakan tingkat bunga akhir BI rate (terminal rate) akan sedikit lebih tinggi dibanding level bunga netral, untuk memberikan penyangga pada rupiah
Llyod Chan, MUFG Bank Ltd
- Memperkirakan ada penurunan BI rate lagi sebesar 25 basis poin pada kuartal III-2025, membawa tingkat BI rate ke level 5,25%
- Memperkirakan akan ada pelemahan rupiah yang moderat pada sisa kuartal ini akibat tekanan permintaan dolar AS memasuki musim pembayaran dividen korporasi. Namun, pelemahan rupiah secara tajam dinilai kecil peluangnya di tengah tren dolar AS yang melemah, de-eskalasi perang dagang AS versus China juga kekhawatiran fiskal yang berkurang
- Mempertahankan prediksi rupiah pada akhir tahun ini di kisaran Rp16.200/US$
Brian Tan, Barclays Plc
- Menilai BI ke depan ingin menurunkan suku bunga lebih lanjut, tapi hal itu akan bergantung pada tren pergerakan rupiah dalam menentukan waktu yang tepat
- Masih sulit memprediksi waktu yang tepat pemangkasan BI rate lebih lanjut karena bobot rupiah yang penting, terutama di tengah lanskap volatilitas nan ekstrem
- Mempertahankan skenario dasar adanya pemangkasan sebesar masing-masing 25 basis poin pada kuartal III dan IV
Lavanya Venkateswaran, OCB Ltd
- Memperkirakan BI akan mengambil pendekatan bertahap untuk memangkas bunga acuan, menimbang volatilitas rupiah
- Skenario dasar: akan ada penurunan BI rate sebesar 25 basis poin lagi di sisa tahun ini
Alan Lau, Malayan Banking Bhd
- Melihat rupiah secara positif dengan prediksi akan terjadi penguatan di sisa tahun ini menuju Rp16.000/US$
Mohit Mirpuri, SGMC Capital Pte
- Memandang bahwa putusan penurunan BI rate memberikan keyakinan pada pemulihan ekonomi domestik, terutama sektor yang sensitif dengan tingkat bunga seperti properti, otomotif dan keuangan
- Dengan rupiah yang mulai stabil dan aktifnya BI mengelola likuiditas, kebijakan penurunan BI rate bisa membantu menarik arus investasi masuk dan memperkuat konsumsi domestik di separuh kedua tahun ini
Niklas Olausson, Valverde Investment Partners Pte
- Menilai ada banyak ruang untuk menstimulasi ekonomi selama tidak ada concern lagi terkait rupiah
- Dampak penurunan BI rate terhadap perbankan seharusnya positif karena pertumbuhan kredit bisa terbantu selama margin laba bersih dijaga
(rui/aji)