Logo Bloomberg Technoz

Isu Gagal Bayar AS, Rupiah Bisa Makin Melemah: Teknikal

Muhammad Julian Fadli
26 May 2023 08:48
Rupiah Tahun Emisi 2022 (Dok. Bank Indonesia)
Rupiah Tahun Emisi 2022 (Dok. Bank Indonesia)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah hari ini berpotensi melanjutkan pelemahan secara teknikal seiring dengan sentimen polemik batas pagu utang  Amerika yang masih menjadi perhatian pasar. Namun, rupiah mendapatkan sedikit angin segar dari sentimen data klaim pengangguran Amerika yang memperlihatkan kondisi pasar tenaga kerja di sana mulai dingin. Itu bagus bagi ekspektasi bunga acuan Federal Reserve.

Dari kacamata teknikal, nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan pelemahan hari ketiga di mana target koreksi menuju areal Rp14.988/US$ sebagai level support terkuat. Bila level itu tertembus, rupiah bisa semakin melemah ke support kedua yaitu Rp15.037/US$.

Sebaliknya, bila sentimen pasar hari ini mampu memberi energi pada rupiah dan melemahkan dolar AS, maka rupiah bisa menuju resistance terdekat di Rp14.920/US$. Sedangkan level resistance selanjutnya ada di level Rp14.885/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah, Jumat 26 Mei (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Ada beberapa sentimen penggerak yang akan dominan menyetir pergerakan rupiah dalam menghadapi dolar Amerika (AS) hari ini. Pertama, sentimen positif dari data ketenagakerjaan Amerika yang menunjukkan keketatan pasar tenaga kerja di sana mulai kendur. Data Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (25/05/2023) menunjukkan klaim pengangguran awal dalam dua minggu hingga 13 Mei direvisi turun menjadi 50.000 secara gabungan. Dalam sepekan terakhir, klaim itu dilaporkan meningkat 4.000 menjadi 229.000.

Kedua, sentimen pemberat dari perkembangan polemik batas pagu utang (debt ceiling) Amerika yang masih belum menunjukkan tanda-tanda berujung. Partai Republik dan Gedung Putih masih belum merampungkan kesepakatan untuk menghindari bencana gagal bayar utang Amerika Serikat (AS) yang kian mendekat. Ketua DPR Kevin McCarthy Kamis (25/05/2023) malam mengatakan kedua pihak masih memiliki perbedaan.

Nilai tukar rupiah di pasar spot kemarin ditutup melemah 0,3% ke level Rp14.950/US$. Ini adalah pelemahan rupiah dalam dua hari berturut-turut. Rupiah mengalami pelemahan selama tujuh hari dari sembilan hari perdagangan terakhir sebesar 0,4%. 

Bila menilik dari awal April, nilai tukar rupiah memang masih menguat 0,62% hingga 24 Mei lalu. Sedangkan sejak awal tahun, penguatan rupiah tercatat 4,48%. 

Aliran modal asing

Bank Indonesia mencatat selama 2023 sampai 24 Mei lalu, tercatat aliran modal asing masuk ke Indonesia mencapai US$ 1 miliar atau hampir Rp15 triliun. 

BI masih berkeyakinan nilai tukar rupiah masih berpeluang menguat ke depan seiring surplus transaksi berjalan dan aliran modal masuk yang masih kuat. 

Bunga acuan BI7DRR kembali ditahan untuk lima kali berturut-turut bulan ini. Dalam paparan hari ini, bank sentral melontar sinyal lebih tegas bahwa bunga acuan domestik masih akan ditahan di level saat ini, kemungkinan hingga akhir tahun, menyusul masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global yang berisiko menggoyang stabilitas nilai tukar rupiah. 

“Yang menjadi isu adalah ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih berlanjut. Sehingga fokusnya adalah stabilisasi rupiah supaya imported inflation tetap rendah dan dampak rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan bisa dimitigasi,” jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam konferensi pers setelah Rapat Dewan Gubernur, kemarin (25/5/2023).

(rui)