Logo Bloomberg Technoz

Pemerintah Indonesia menetapkan biaya haji (Bipih) tahun ini sebesar Rp89,4 juta. Jemaah menanggung 62% atau sekitar Rp55,4 juta, sedangkan sisanya didanai oleh nilai manfaat pengelolaan dana haji.

Di Tanah Suci, jemaah haji asal Indonesia sudah ditanggung semua keperluannya dari nominal yang telah dibayarkan, yakni mulai dari akomodasi, konsumsi, transportasi lokal hingga layanan perlindungan dasar dan asuransi.

Selain itu, jemaah haji juga mendapatkan uang saku untuk living cost selama di Tanah Suci, sebesar SAR 750, atau sekitar Rp3,28 juta, dengan asumsi 1 SAR setara Rp4.380.

Nah, bila ada pengeluaran di luar daftar yang sudah ditanggung dalam pembiayaan haji, jemaah harus menanggungnya sendiri. Misalnya, untuk belanja personal, pembelian oleh-oleh, pembayaran dam atau denda, dan lain sebagainya.

Nilai tukar rupiah terhadap riyal sempat menyentuh level terlemah di Rp4.500/SAR (Riset Bloomberg Technoz)

Bila diasumsikan setiap jemaah haji mengeluarkan dana tambahan untuk berbelanja di Arab Saudi sebesar Rp10 juta, misalnya, ia akan mendapatkan SAR 2.283.

Sementara dengan dana yang sama, para jemaah haji pada musim haji 2019 sebelum pandemi, didapatkan SAR 2.631 karena kala itu kurs riyal masih seharga Rp3.800.

Kian tak Berharga

Bukan hanya terhadap riyal, performa rupiah memburuk. Terhadap hampir semua mata uang di dunia, rupiah memang seakan makin tak berharga, terutama ketika dunia masih terguncang oleh vonis tarif diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April lalu.

Terhadap dolar AS, misalnya, rupiah sempat melemah hingga 5,3% ketika menyentuh level terlemah dalam sejarah di Rp16.957/US$ di intraday trading pasar spot.

Sementara terhadap mata uang utama dunia, rupiah juga memburuk. Terhadap euro, misalnya, nilai rupiah sempat ambles ke level terburuk sepanjang masa pada 21 April lalu di posisi Rp19.425/EUR.

Sedangkan terhadap mata uang Britania Raya, poundsterling, rupiah juga sempat terpuruk ke level terlemah di Rp22.569/GBP pada April lalu.

Malah, bukan hanya terhadap mata uang utama dunia saja rupiah tak berdaya. Menghadapi mata uang negeri jiran pun rupiah kalah. Terhadap ringgit Malaysia, sebagai contoh, rupiah longsor nilainya hingga nyaris menembus Rp4.000/MYR pada awal Mei lalu.

Kajian yang dilakukan oleh para ekonom di LPEM Universitas Indonesia menilai dari sisi volatilitas, rupiah sejatinya masih cukup baik bila melihat data sampai Februari lalu. 

Semakin tinggi nilai volatilitas maka semakin besar ketidakstabilan nilai tukar, menunjukkan meningkatnya ketidakpastian, tekanan arus modal, atau menurunnya kredibilitas kebijakan. Sebaliknya, nilai yang rendah mencerminkan stabilitas dan prediktabilitas yang lebih tinggi.

Namun, bila menilik pergerakan nilai tukar efektif nominal (NEER) dan nilai tukar efektif riil (REER), terlihat bahwa dua indikator itu terus menurun yaitu masing-masing sebesar 96,60 dan 99,37.

(Sumber: LPEM UI)

"Penurunan rupiah sejak pertengahan 2023 ini perlu terus dipantau, karena depresiasi yang berkelanjutan pada kedua indeks dapat mengindikasikan pelemahan daya saing eksternal atau tekanan makroekonomi yang meningkat," kata ekonom LPEM UI Jahen Rezki, Teuku Rifky dan kolega dalam publikasi yang dikutip.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, nilai rupiah bersiap mencetak penguatan mingguan terhadap dolar AS menuju level penutupan di area Rp16.429/US$. Perbaikan kinerja rupiah terhadap dolar AS pekan ini nilai pelemahan sepanjang tahun menjadi tinggal 1,99%.

Adapun terhadap euro, rupiah masih membukukan pelemahan 9,48% year-to-date. Terhadap poundsterling, rupiah juga masih melemah 7,95%.

Sementara terhadap mata uang negeri jiran, ringgit, rupiah juga masih belum membaik dengan pelemahan 6,22% year-to-date. Pada saat yang sama, terhadap dolar Singapura rupiah juga ambles 6,99% year-to-date.

(rui/aji)

No more pages