Logo Bloomberg Technoz

Teknologi face-swapping sebenarnya bukan hal baru. Istilah deepfake mulai dikenal sejak 2017, ketika muncul konten video yang menukar wajah selebritas dalam film dewasa. Namun, pada saat itu, prosesnya mahal dan memerlukan waktu pemrosesan lama. Kini, teknologi serupa bisa dijalankan di komputer rumahan dengan kecepatan mendekati waktu nyata.

Risiko dari penyalahgunaan teknologi semacam ini sudah mulai terlihat. Awal tahun 2024, polisi di Hong Kong mengungkap kasus penipuan melalui panggilan video (video-call) yang meniru wajah seorang CFO, menyebabkan kerugian lebih dari US$25 juta. Dalam beberapa kasus lain, audio deepfake juga digunakan untuk skema pemerasan dan penipuan keuangan.

Dengan semakin mudahnya akses terhadap teknologi pertukaran wajah, seseorang bisa memanfaatkan foto dari media sosial dan meniru identitas orang lain untuk menipu pihak yang tidak mengenalnya secara dekat.

Meski untuk saat ini masih dibutuhkan faktor pendukung seperti kesamaan suara, gaya bicara, dan gestur, perkembangan tool kloning suara dan video berbasis AI turut memperbesar kemungkinan penipuan yang lebih meyakinkan di masa depan.

Dari sisi teknis, Deep-Live-Cam menggabungkan sejumlah software yang telah ada sebelumnya. Ia mendeteksi wajah dari gambar dan video secara langsung, lalu menggunakan model AI bernama inswapper untuk melakukan pertukaran wajah.

Hasil akhirnya diperhalus dengan bantuan model GFPGAN agar tampak semakin realistis. Model inswapper sendiri dikembangkan oleh tim InsightFace, dan dilatih dengan jutaan gambar wajah dari berbagai ekspresi, pencahayaan, dan sudut.

Dengan memahami struktur wajah secara mendalam, AI dalam Deep Live Cam dapat menggabungkan identitas satu wajah dengan ekspresi dan gerakan wajah lain.

Teknologi ini memisahkan fitur yang khas dari seseorang dengan atribut yang berubah-ubah seperti ekspresi, memungkinkan hasil pertukaran wajah yang tampak alami.

Perlu dicatat, Deep Live Cam bukan satu-satunya proyek semacam ini. Tool lain seperti FaceFusion juga menawarkan kemampuan serupa. Walau belum mudah diinstal oleh pengguna awam, tren pengembangan alat pertukaran wajah berbasis sumber terbuka mengindikasikan bahwa teknologi ini akan semakin mudah digunakan dan terus berkembang.

Seiring kemudahan akses dan peningkatan kualitas, tantangan utama ke depan adalah bagaimana masyarakat dan pembuat kebijakan memahami serta merespons risiko dari penggunaan teknologi ini, terutama dalam konteks keamanan digital dan perlindungan data pribadi.

(prc/wep)

No more pages