Menurut Arianto, perseroan telah mengerjakan komitmen produksi sampai awal tahun sesuai dengan dokumen RKAB yang disetujui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Antam Nicolas D. Kanter menyebut saat ini perseroan masih fokus mengeksekusi produksi dari RKAB nikel yang sudah disetujui sebanyak 16,9 juta ton.
“Jadi dimulainya tahun ini sudah bisa langsung mulai mining dan kita sudah mulai memproduksi. [...] Itu kalau kita jalannya lancar dan full, mungkin kuartal III-2025 sudah akan bisa kita deliver RKAB yang kita peroleh,” ujarnya.
Terkait dengan usulan revisi RKAB nikel dan bauksit, Nico mengatakan perseroan harus terlebih dahulu merevisi analisis dampak lingkungan (amdal) serta rencana perusahaan strategis (RPS), yang akan dilakukan “sebaik mungkin dan secepat mungkin.”
“Tentu hal-hal lain ya, proyek hilirisasi kita harus juga bisa deliver, karena kita sudah berjanji ke pasar.”
Untuk diketahui, Antam mencatatkan lonjakan laba lebih dari sepuluh kali lipat menjadi Rp2,32 triliun pada kuartal I-2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp210,59 miliar.
Kinerja itu turut tecermin dari peningkatan EBTDA sebesar 518% menjadi Rp3,26 triliun, naik signifikan dari posisi Rp527,61 miliar pada kuartal I-2024.
Torehan laba itu ditopang dengan penjualan bersih sebesar Rp26,15 triliun sepanjang kuartal I-2025, melonjak 203% dibandingkan dengan posisi penjualan Rp8,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun, penjualan domestik mendominasi 95% dari total pendapatan atau sebesar Rp24,83 triliun. Sebagian besar penjualan ini berasal dari segmen penjualan emas mencapai Rp21,61 triliun atau naik 182% secara tahunan.
Volume penjualan emas juga meningkat signifikan sebesar 93% menjadi 13.739 kilogram.
Antam pun mencatatkan pertumbuhan signifikan untuk bisnis nikel dan bauksit. Total penjualan nikel (feronikel dan bijih nikel) melonjak 581% menjadi Rp3,77 triliun, Produksi feronikel tercatat sebesar 4.498 ton nikel dalam feronikel (TNi), sementara volume penjualan mencapai 4.839 TNi.
Produksi bijih nikel turut naik sebesar 221% menjadi 4,63 juta wmt, sejalan dengan pertumbuhan penjualan bijih nikel sebesar 281% menjadi 3,83 juta wmt.
Sementara itu, komoditas bauksit dan alumina mencatatkan penjualan sebesar Rp708,75 miliar, naik 102% dibandingkan kuartal I-2024. Produksi bijih bauksit meningkat 382% menjadi 653.781 wmt, dan penjualan alumina mencapai 44.084 ton, tumbuh 4% secara tahunan.
(naw/wdh)