Hal itu makin menyurutkan peluang bagi The Fed untuk memangkas bunga acuan.
Arus keluar modal asing
Selain karena faktor eksternal, rupiah juga tidak cukup memiliki sokongan dari dalam negeri. Indeks saham yang dibuka menguat pagi tadi, kembali terpeleset di zona merah jelang penutupan pasar dengan penurunan tipis 0,03%.
Arus jual modal asing tercatat makin panjang, tiga hari beruntun senilai hampir Rp3 triliun sepekan ini.
Adapun di pasar surat utang, harga SUN hari ini cenderung tertekan terimbas sentimen global.
Yield tenor pendek meningkat di mana tenor 1Y naik 4,2 bps bersama tenor 2Y yang juga naik 2,3 bps. Sementara tenor 10Y bergerak turun sedikit 0,1 bps kini di 6,859%.
Arus beli pemodal asing di surat utang pemerintah melambat terindikasi dari angka rata-rata net buy dalam lima hari kini berada di bawah rata-rata 20 hari, seperti ditunjukkan oleh data Bloomberg.
Sementara dalam lelang Sekuritas Rupiah (SRBI) hari ini, animo juga melemah. Incoming bids hanya tercatat Rp25,65 triliun, turun 30% dibanding lelang pekan lalu.
Penurunan minat itu mungkin didorong oleh terus turunnya tingkat bunga diskonto SRBI yang dimenangkan oleh Bank Indonesia. Dalam lelang hari ini, tingkat bunga SRBI 12 bulan semakin turun di level 6,47%, penurunan empat pekan beruntun.
Selain itu, sinyal dari Bank Indonesia untuk mengurangi nilai outstanding SRBI di pasar, makin memberikan tambahan alasan bagi investor untuk menjauhi instrumen tersebut karena yield yang sudah kurang menarik.
Rupiah juga tak tertolong oleh laporan survei konsumen terbaru yang dirilis Bank Indonesia hari ini. Keyakinan konsumen pada April naik tipis karena terjadi perbaikan persepsi akan kondisi ekonomi saat ini.
Namun, ekspektasi akan kondisi ekonomi ke depan yang masih suram, menjadi peringatan bahwa kelesuan yang dirasakan membutuhkan stimulasi agar tak makin berlanjut.
(rui)






























