Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah mengakhiri pekan ini dengan pelemahan mingguan terbesar dalam sebulan terakhir di tengah kebangkitan dolar Amerika Serikat (AS) dan lonjakan kenaikan tingkat imbal hasil US Treasury akibat susutnya harapan akan pemangkasan bunga acuan Federal Reserve.

Rupiah spot ditutup melemah di Rp16.515/US$ pada Jumat sore ini, mencerminkan penurunan nilai mingguan sebesar 0,49%. Pelemahan rupiah sepekan ini menjadi yang terdalam ketiga setelah ringgit yang longsor nilainya 1,1% serta rupee yang juga tergerus 1,06% sepekan ini.

Sementara kurs JISDOR Bank Indonesia sore ini ditutup di Rp16.532/US$, mencerminkan pelemahan mingguan terburuk dalam sebulan terakhir.

Indeks dolar AS kembali meroket menuju kenaikan 0,4% pekan ini setelah dini hari tadi ditutup naik lebih dari 1%, ketika yield US Treasury melesat tajam di mana UST-10Y naik 10,7 bps menyentuh 4,38%. Bahkan tenor 30Y sudah di level tertinggi yield-nya di 4,85%.

Para pelaku pasar masih terombang-ambing kekhawatiran terkait ketegangan perang dagang, juga ancaman inflasi AS yang masih besar ketika kondisi pasar tenaga kerja juga masih memperlihatkan ketangguhan.

Hal itu makin menyurutkan peluang bagi The Fed untuk memangkas bunga acuan.

Arus keluar modal asing

Selain karena faktor eksternal, rupiah juga tidak cukup memiliki sokongan dari dalam negeri. Indeks saham yang dibuka menguat pagi tadi, kembali terpeleset di zona merah jelang penutupan pasar dengan penurunan tipis 0,03%.

Arus jual modal asing tercatat makin panjang, tiga hari beruntun senilai hampir Rp3 triliun sepekan ini.

Adapun di pasar surat utang, harga SUN hari ini cenderung tertekan terimbas sentimen global.

Yield tenor pendek meningkat di mana tenor 1Y naik 4,2 bps bersama tenor 2Y yang juga naik 2,3 bps. Sementara tenor 10Y bergerak turun sedikit 0,1 bps kini di 6,859%.

Arus beli pemodal asing di surat utang pemerintah melambat terindikasi dari angka rata-rata net buy dalam lima hari kini berada di bawah rata-rata 20 hari, seperti ditunjukkan oleh data Bloomberg.

Sementara dalam lelang Sekuritas Rupiah (SRBI) hari ini, animo juga melemah. Incoming bids hanya tercatat Rp25,65 triliun, turun 30% dibanding lelang pekan lalu.

Penurunan minat itu mungkin didorong oleh terus turunnya tingkat bunga diskonto SRBI yang dimenangkan oleh Bank Indonesia. Dalam lelang hari ini, tingkat bunga SRBI 12 bulan semakin turun di level 6,47%, penurunan empat pekan beruntun. 

Selain itu, sinyal dari Bank Indonesia untuk mengurangi nilai outstanding SRBI di pasar, makin memberikan tambahan alasan bagi investor untuk menjauhi instrumen tersebut karena yield yang sudah kurang menarik.

Rupiah juga tak tertolong oleh laporan survei konsumen terbaru yang dirilis Bank Indonesia hari ini. Keyakinan konsumen pada April naik tipis karena terjadi perbaikan persepsi akan kondisi ekonomi saat ini.

Namun, ekspektasi akan kondisi ekonomi ke depan yang masih suram, menjadi peringatan bahwa kelesuan yang dirasakan membutuhkan stimulasi agar tak makin berlanjut.

(rui)

No more pages