Berikut adalah saham-saham properti yang jadi pendorong amblesnya IHSG, saham PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) melemah 14,7%, saham PT Modernland Realty Tbk (MDLN) terpeleset 6,68%, dan saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) drop 4,91%,
Dilanjutkan oleh pelemahan pada saham konsumen non primer, i.a, saham PT Pudjiadi and Sons Tbk (PNSE) ambles 11,1%, saham PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) drop 8,99%, dan saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang jatuh 6,25%.
Pada saham-saham unggulan LQ45 juga tercatat dalam tren negatif. Adapun saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) anjlok mencapai 3,64%, disusul oleh saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) ambles 3,56%, dan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) drop 3,11%.
Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia per April. Hasilnya, cadangan devisa Indonesia merosot cukup tajam. Depresiasi nilai tukar rupiah menjadi salah satu penyebabnya.
Pada Kamis pagi, Bank Indonesia memaparkan cadangan devisa per April berada di US$ 152,5 miliar. Turun US$ 4,6 miliar dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi yang terlemah sejak November tahun lalu atau dalam 5 bulan.
“Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang makin tinggi,” sebut laporan BI.
Pada 9 April, rupiah sempat ambles di level terlemah sepanjang sejarah. Kala itu, mata uang Tanah Air Indonesia berada di posisi Rp 16.957/US$ dalam perdagangan intraday.
Ke depan, BI memandang posisi cadangan devisa cukup memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. Ini karena prospek ekspor masih terjaga, neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan surplus, serta persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
(fad/wep)

































