Filipina Ingin Stop Ekspor Bijih, Smelter Nikel RI Bisa Terancam
Mis Fransiska Dewi
08 May 2025 09:20

Bloomberg Technoz, Jakarta – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menyatakan wacana Filipina untuk melarang ekspor mineral bijih (ore) mulai bulan depan berisiko membawa dampak signifikan terhadap industri pengolahan atau smelter nikel di Tanah Air.
Anggota Dewan Penasihat Pertambangan APNI Djoko Widajatno menyebut, meskipun Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, beberapa smelter di dalam negeri masih bergantung pada impor bijih nikel dari Filipina untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.
Menurutnya, impor dari Filipina terutama dilakukan terhadap bijih nikel berkadar tinggi atau saprolite yang pasokannya mulai terkikis di Indonesia. Saprolite digunakan untuk smelter pirometalurgi, yang jumlahnya dominan di sentra-sentra hilirisasi nikel.
Djoko membeberkan sederet dampak yang akan terjadi pada smelter di Indonesia yakni; pertama, gangguan pasokan bahan baku karena pada 2024 Indonesia mengimpor sekitar 10 juta ton bijih nikel dari Filipina, sebagian besar digunakan oleh smelter di kawasan industri seperti Morowali dan Weda Bay .
“Larangan ekspor ini dapat menyebabkan kekurangan pasokan bahan baku bagi smelter yang bergantung pada impor tersebut,” kata Djoko saat dihubungi, Kamis (8/5/2025).































