Logo Bloomberg Technoz

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan melalui dukungan kebijakan, literasi keuangan, dan digitalisasi.

"Digitalisasi adalah kunci transformasi UMKM untuk dapat meningkatkan daya saing dan ketahanan usahanya. Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, UMKM tidak dapat berusaha dengan cara-cara yang lama," ujar dia.

Lewat pemanfaatan pemasaran digital, hingga sistem pembayaran elektronik seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), hal ini menurutnya dapat memperluas jangkauan pasar serta meningkatkan efisiensi operasional.

Adapun pengguna QRIS tercatat mencapai 56,3 juta, dengan volume transaksi mencapai 2,6 miliar, di mana 38,1 juta di antaranya adalah UMKM, dilansir dari data Bank Indonesiahingga triwulan I 2025.

Acara SisBerdaya & DisBerdaya 2025 oleh DANA.(Pramesti Regita Cindy/Bloomberg Technoz)

"Dengan QRIS ini, transaksi UMKM yang terjadi dapat tercatat secara digital dan terstruktur. Nah inilah yang nanti bisa menjadi satu track record bagi bank untuk melihat bagaimana keberlanjutan atau cash flow sehari-hari dari UMKM. Data ini bersifat kredibel dan real time," ujarnya.

"Bank Indonesia berkomitmen mendukung pemberdayaan UMKM, khususnya UMKM perempuan melalui berbagai kebijakan, strategi dan dukungan infrastruktur yang pro UMKM dan pro inovasi. Bank Indonesia terus mendorong terciptanya lingkungan usaha yang sehat dan inklusif untuk mendorong UMKM Indonesia menjadi motor penggerak ekonomi nasional," pungkas dia.

Pertumbuhan Kredit UMKM Hanya 1,95% per Maret 2025

Sri menambahkan pertumbuhan kredit untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah hanya 1,95% yoy pada Maret 2025. Angka ini menjadi sinyal perlambatan yang signifikan dibandingkan ketika pandemi melanda. 

"Kredit UMKM saat ini di Maret 2025 itu pertumbuhannya yang hanya 1,95%. Padahal waktu pandemi saja itu bisa sekitar 10%," terang Sri.

Berkaca pada kondisi tersebut, BI kata Sri tengah meneliti perkembangan yang sedang terjadi hingga mencari solusi untuk membalikkan tren ini. Salah satunya dengan FGD bersama pelaku UMKM.

"Kami sedang terus mencari gimana caranya agar kembali meningkat. Apakah memang [UMKM] tidak butuh kredit atau seperti apa, atau memang yang dikatakan selama ini bahwa kondisi makro sedang tidak baik, daya beli masyarakat turun sehingga UMKM tidak ada permintaan atau seperti apa," kata dia.

Walakin, Sri menegaskan bahwa tidak semua UMKM tertekan. Masih ada beberapa UMKM yang mampu berkembang tanpa dukungan pembiayaan perbankan.  Salah satu contoh perusahaan yang mandiri tanpa bantuan pembiayaan perbankan adalah pengusaha bidang konveksi di Bandung. mereka hanya mendapatkan pembiayaan dari bantuan sesama rekan dan dukungan melalui salah satu e-commerce. 

"Bank Indonesia sebetulnya tugas utamanya kan adalah menjaga inflasi, kemudian menjaga kestabilan nilai rupiah, tapi kita juga punya misi khusus, khususnya di Departemen kami adalah mendorong intermediasi tadi ya. Karena kenapa akhir-akhir ini kredit ini turun gitu, ya walaupun memang secara total kita tidak bisa pungkiri bahwa kondisi makro juga sedang mengalami perlambatan," pungkas Sri.


(prc/wep)

No more pages