Logo Bloomberg Technoz

Selain penjualan nickel matte, perseroan telah menjual sekitar 80.000 ton bijih saprolit kepada pembeli domestik, yang menandakan sumber pendapatan baru bagi perseroan tahun ini.

Realisasi pengiriman domestik itu menjadi bagian dari rencana penjualan yang disetujui sebesar 290.000 ton saprolit dalam RKAB akhir 2024.

“Kami telah mengimplementasikan langkah-langkah strategis untuk menjaga produksi kami tetap pada jalurnya,” tuturnya.

Adapun, Vale telah menjual 17.096 ton nickel matte dengan nilai transaksi US$206,5 juta pada kuartal I-2025. Realisasi penjualan ini lebih rendah dari kuartal sebelumnya di level US$241,8 juta akibat volume pengiriman dan harga nikel yang lebih rendah.

Sampai kuartal-I 2025, Vale mencatatkan laba bersih US$21,79 juta atau naik 606,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di angka US$3,08 juta.

Pada periode awal tahun ini, perusahaan mencatat EBITDA sebesar US$51,7 juta, lebih rendah dari kuartal IV-2024 di level US$54,1 juta lantaran koreksi rata-rata harga nikel.

Adapun, Vale mengeluarkan belanja modal sekitar US$128,1 juta sampai kuartal I-2025. Sementara itu, kas dan setara kas perseroan per 31 maret 2025 sebesar US$601,4 juta, turun 11% dibandingkan dengan US$674,7 juta per 31 Desember 2024.

Kontraktor PTRO

Sebelumnya, emiten milik Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO), mengumumkan kontrak kerja sama jasa pertambangan dengan INCO untuk estimasi nilai perjanjian mencapai sekitar Rp16 triliun. Kontrak itu diteken 8 April 2025.

"Jangka waktu perjanjian adalah 10 tahun dengan estimasi dari nilai perjanjian adalah sekitar Rp16 triliun," tulis Sekretaris Perusahaan Petrosea Anto Broto dikutip dari keterbukaan informasi, Rabu (9/4/2025).

Di dalam perjanjian tersebut Petrosea akan memberikan layanan jasa pertambangan dan transportasi Mining Services and Transportation of Nickel Ore Material Bahodopi Block 2 & 3 untuk Vale.

"Perolehan kontrak ini merupakan bagian dari implementasi strategi jangka panjang PTRO untuk meningkatkan penciptaan nilai serta tidak ada hubungan afiliasi antara PTRO dan INCO," tutur Anto.

Pada pertengahan Februari tahun ini, PTRO juga memperoleh nilai kontrak senilai Rp2,8 triliun untuk pengerjaan tambang di Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara dari INCO.

Ruang lingkup yang terlampir di perjanjian meliputi pengadaan dan konstruksi pembangunan tambang di Blok Pomalaa, yang merupakan bagian dari izin usaha pertambangan khusus (IUPK) Vale Indonesia.

Pengerjaan akan meliputi pembangunan infrastruktur tambang, seperti pembangunan jalan, area penimbunan, infrastruktur pengelolaan air, serta kegiatan pekerjaan tanah lainnya.

(naw/wdh)

No more pages