Lembaga antariksa Rusia, Roscosmos, terakhir kali menyampaikan di 2024 bahwa mereka bakal membangun sebuah reaktor di permukaan bulan bersama dengan China National Space Administration (CNSA) pada 2035 guna mendukung ILRS.
Membangun reaktor dengan menyalakan pangkalan permanen di kutub selatan Bulan dengan target sekitar 10 tahun lagi menandai desakan atas solusi energi berkelanjutan dalam eksplorasi ruang angkasa.
Saat perhatian dunia mengalihkan pandangannya ke langit, implikasi dari proyek semacam ini menjangkau jauh melampaui pencapaian ilmiah, berdampak pada geopolitik global dan inovasi teknologi.
China dan Rusia semakin mengamankan posisi sebagai deretan negara penting dalam perlombaan ruang angkasa yang baru, dilansir dari Sustainability Times.
“Pertanyaan penting untuk ILRS adalah pasokan listrik, dan dalam hal ini Rusia memiliki keunggulan alami, dalam hal pembangkit listrik tenaga nuklir, terutama mengirimkannya ke luar angkasa, Rusia memimpin dunia, lebih unggul daripada Amerika,” jelas Wu Weire, chief designer di program eksplorasi bulan China.
Transisi China Bangun Energi Bersih
China terus mengembangkan sumber energi bersih dan terbaru China’s State Council memberi izin 10 reaktor nuklir baru, akhir pekan lalu. Tahun 2025 jadi kali keempat beruntun China menyetujui setidaknya 10 reaktor baru. Negara ini memiliki 30 reaktor yang sedang dibangun, hampir setengah dari total reaktor nuklir dunia.
China diperkirakan akan melompati Amerika untuk menjadi penghasil energi atom terbesar di dunia pada akhir dekade ini. Sepuluh reaktor terbaru ini diperkirakan akan menelan biaya total 200 miliar yuan ($27 miliar), dilansir dari The Paper, dilaporkan Bloomberg News, Senin (28/4/2025).
Empat reaktor diberikan kepada China General Nuclear Power Corp, yang akan digunakan di pembangkit listrik Fangchenggang dan Taishan. China National Nuclear Corp, State Power Investment Corp dan China Huaneng Group Co. masing-masing memenangkan persetujuan untuk dua reaktor.
China Electricity Council menyamoaikan bahwa kapasitas nuklir negara ini diperkirakan akan mencapai 65 gigawatt (GW) pada akhir tahun 2025, naik dari di bawah 60 GW tahun lalu. Sekitar 2050 armada atom negara ini diperkirakan akan mencapai 200 gigawatt dan menyumbang sekitar 10% dari total output daya, menurut sebuah laporan yang Asosiasi Energi Nuklir China (CNEA).
(prc/wep)































