Selain Proyek Titan dan Dragon yang digarap bersama IBC, Indonesia memiliki sejumlah proyek baterai EV lain yang sedang dikembangkan di dalam negeri; baik yang terintegrasi dari hulu ke hilir, maupun yang hanya berfokus di lini hilir seperti sel dan paket baterai saja.
Berikut ini beberapa proyek baterai EV di Tanah Air:
Proyek Baterai Terintegrasi:
1. Proyek Titan
Proyek Titan digadang-gadang bakal menjadi fasilitas produksi baterai EV terintegrasi yang akan menjadi jembatan Indonesia sebagai pemain besar dalam rantai pasok baterai global.
Awalnya, Proyek Titan didesain untuk mengimbangi akses pasar dan teknologi dari hilirisasi bijih nikel sampai baterai kendaraan listrik. Lewat head of agreement (HoA) yang diteken pada 2021, pemerintah menggandeng konsorsium Korea Selatan yang dipimpin LGES untuk bermitra dengan IBC.
Konsorsium itu terdiri dari LG Chem, LG International, Posco dan satu mitra China yaitu Huayou. Akan tetapi, setelah LGES mundur, posisinya sebagai kepala konsorsium digantikan oleh Huayou.
IBC menyatakan perseroan juga tengah menjajakan Proyek Titan ke sejumlah negara untuk menjadi investor pendamping Huayou. Perusahaan membuka peluang untuk menggaet sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Australia, Korea Selatan, Jepang, dan China.
Proyek Titan awalnya diestimasikan memiliki nilai investasi sebesar US$9,8 miliar (sekitar Rp164,5 triliun asumsi kurs saat ini).
Belakangan, investasi pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik ini menjadi sebesar US$8,6 miliar (sekitar Rp144,4 triliun asumsi kurs saat ini) setelah mengeluarkan rencana investasi LGES.
2. Proyek Dragon
Proyek Dragon merupakan code name yang merujuk pada proyek pengembangan baterai EV dari hulu ke hilir bersama dengan Ningbo Contemporary Brunp Legend Co Ltd (CBL). Adapun, CBL merupakan anak usaha dari raksasa baterai nomor wahid dunia asal China; CATL.
Di Proyek Dragon, yang memiliki taksiran investasi sekitar US$5,6 miliar (Rp94,57 triliun), lingkup kerja samanya dibagi antara kongsian Antam-CBL dan IBC-CBL.
Kerja sama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam-CBL mencakup tiga usaha patungan atau joint venture (JV), yakni; JV 1 untuk lini pertambangan (PT SDA) dengan porsi saham Antam sebesar 51%.
JV 2 untuk smelter pirometalurgi atau rotary kiln electric furnace (RKEF) dan kawasan industri (PT FHT) dengan porsi Antam sebesar 40%. Serta, JV 3 untuk pabrik hidrometalurgi atau high pressure acid leaching (HPAL) dengan porsi Antam sebesar 30%.
Sementara itu, lingkup proyek IBC-CBL yakni JV 4 untuk proyek material baterai dengan porsi IBC 30%, JV 5 proyek sel baterai dengan porsi IBC 30%, dan JV 6 proyek daur ulang baterai dengan porsi IBC 40%.
VP Commercial and Marketing IBC Bayu Hermawan mengatakan linimasa atau timeline pengerjaan Proyek Dragon sejauh ini masih berjalan sesuai rencana yang diamanatkan oleh pemerintah.
“Kalau Proyek Dragon, sekarang sudah quite progressing ya di Karawang ya. Karawang, tidak jauh-jauh dari teman-teman LG [di Proyek Omega] juga sih pabriknya,” ujarnya saat ditemui di sela agenda RE: Invest Indonesia, Kamis (24/4/2025).
“Kalau mulai produksi [Proyek Dragon], sebenarnya pada akhir 2026, tentu dengan ramping up ya, tidak bisa langsung 100% full.”
Dalam sebuah kesempatan terpisah medio Februari, Direktur Utama IBC Toto Nugroho mensinyalir progres Proyek Dragon relatif tidak mengalami kendala seperti halnya Proyek Titan, lantaran CATL saat ini merupakan produsen terbesar baterai EV dunia.
Pangsa pasar baterai CATL mencakup hampir 38% global.
3.Proyek INBC
Perusahaan milik Grup, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), bersama Envision Group dan Glencore tengah membangun kerja sama untuk pembangunan pabrik baterai berskala jumbo atau gigafactory di beberapa negara di dunia.
Kerja sama tersebut merujuk pada konsorsium Indo-Pacific Net Zero Battery Materials Consortium (INBC).
Di Indonesia, konsorsium INBC berencana membangun kawasan industri dan pembangkit listrik tenaga angin yang berlokasi di Sulawesi. Nilai investasi dari proyek ini diperkirakan mencapai US$9 miliar (sekitar Rp151,45 triliun)) dari tiga perusahaan tersebut.
BNBR sendiri merupakan induk usaha Grup Bakrie yang menaungi lini usaha komponen otomotif, industri bahan bangunan, infrastruktur, dan jasa konstruksi metal.
Sementara itu, Envision Group dan Glencore Plc merupakan dua perusahaan terkemuka global. Envision Group adalah perusahaan teknologi ramah lingkungan terkemuka dunia dan mitra teknologi nol emisi karbon.
Di sisi lain, Glencore plc. merupakan perusahaan komoditas tambang asal Swiss yang fokus pada komoditas tembaga, seng, aluminium, nikel, dan kobalt.
Proyek Baterai Hilir untuk Mobil Listrik:
4.Proyek Omega
Meskipun LGES mundur dari Proyek Titan, perusahaan asal Korea Selatan itu tetap berinvestasi di pabrik baterai EV di Karawang, Jawa Barat bersama dengan PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
Keduanya membentuk usaha patungan bernama PT Hyundai-LG Indonesia (HLI) Green Power di pabrik yang juga dijuluki Proyek Omega tersebut.
Nilai investasi HLI di Proyek Omega diperkirakan menelan sekitar US$1,1 miliar (sekitar Rp50,39 triliun asumsi kurs saat ini), dengan kapasitas produksi tahap awal yang sudah dibangun sebesar 10 Gigawatt hours (GWh). Rencananya, total kapasitas pabrik HLI akan dikembangkan hingga 30 GWh.
Nantinya, IBC disebut-sebut bakal mendapatkan kesempatan untuk bernegosiasi dan memegang saham secara minoritas yakni sebesar 5% di HLI Green Power.
Dalam perkembangan terbaru, VP Commercial and Marketing IBC Bayu Hermawan mengatakan sampai saat ini perseroan masih terus berkomunikasi dengan HLI Green Power agar holding BUMN sektor industri baterai tersebut bisa terlibat langsung di Proyek Omega.
“Sebenarnya masih kita terus dalami ya dengan teman-teman HLI dan sebagainya. Jadi komunikasi sih saya rasa terus berjalan, kita coba komunikasikan,” ujarnya saat ditemui di sela agenda RE: Invest Indonesia, Kamis (24/4/2025).
Proses komunikasi IBC dengan HLI Green Power, kata Bayu, juga dibantu dan dipantau oleh peran Satgas Hilirisasi yang diketuai oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
“Jadi kita juga ada meeting dan monitoring juga dengan teman-teman Satgas Hilirisasi. [...] Ini cuma strategic level-ya saja sih sebenarnya.”
Adapun, pabrik baterai ini bakal memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor yang terintegrasi dengan pabrik EV Hyundai yang menggunakan nikel Indonesia.
5. Proyek Magic
PT SGMW Motor Indonesia (Wuling) tengah memproduksi baterai mobil listrik yang dinamakan Magic. Nama Magic merupakan singkatan dari Multifunction Unitized Structure Technology, Advanced Cell Safety, Greater Performance, Intelligent Management, dan Combustion Free.
Adapun, perusahaan asal China tersebut menggelontorkan investasi senilai US$500 juta (sekitar Rp8,4 triliun asumsi kurs saat ini) untuk membangun pabrik baterai EV di Indonesia.
Produksi untuk baterai Magic sendiri telah dimulai pada akhir tahun lalu. Fasilitas produksi baterai secara lokal menelan investasi sebesar 40 juta renminbi atau sekitar Rp87 miliar.
Pabrik tersebut terletak di dalam kawasan supplier park di pabrik Wuling Motors yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Pabrik baterai itu memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 unit baterai per tahun.
Proyek Baterai Hilir untuk Motor Listrik:
6. Proyek IBN
PT Indika Energy Tbk. (INDY) melalui anak-anak usahanya, yaitu PT Solusi Mobilitas Indonesia (SMI) dan PT Indika Energy Infrastructure (TEI), telah mendirikan perusahaan baru di bidang baterai kendaraan listrik untuk roda dua pada 22 September 2023.
INDY telah mendirikan perusahaan yang bernama PT Industri Baterai Nusantara (IBN). IBN akan memproduksi baterai untuk kendaraan bermotor, jasa konsultasi manajemen, perdagangan besar sepeda motor dan suku cadang sepeda motor dan aksesorisnya.
Perusahaan juga melakukan perdagangan besar mobil dan suku cadang mobil dan aksesorinya.
7. Proyek Green Power
PT Green Power Group Tbk (LABA) melalui anak usahanya yakni PT Green Power Battery (GPB) memproduksi baterai untuk motor listrik yang baru didirikan pada 15 Juli 2024.
Tahun lalu, LABA juga menandatangani dua perjanjian kerja sama senilai Rp139 miliar dengan PT Gotion Indonesia Materials untuk memproduksi baterai motor listrik.
Pada tahun ini, Laba telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Safast Electric Vehicles Indonesia pada 14 Februari 2025.
Dalam perkembangan terbaru, LABA telah memasok baterai ke PT Safast Electric Vehicles Indonesia dengan nilai transaksi sebesar Rp171,6 miliar.
Dalam perjanjian tersebut, LABA bakal memasok sebanyak 3.000 unit baterai berkapasitas 23,96 KWh dan 1.000 unit baterai berkapasitas sebesar 38,7 kWh. Dengan demikian, total kapasitas yang dipasok mencapai 110 MWh.
(mfd/wdh)































