Keputusan BI menahan bunga acuan lagi kemarin, terutama adalah karena sikap kebijakan mengutamakan stabilitas rupiah. Arus keluar modal asing masih begitu besar terutama ketika vonis tarif oleh Presiden AS Donald Trump diumumkan awal April lalu.
Catatan BI, selama April ini saja sampai data Senin lalu, terjadi aliran keluar modal asing dari pasar portofolio domestik dengan nilai fantastis, mencapai US$ 2,3 miliar, sekitar Rp38 triliun.
Investor asing yang sempat membukukan net buy tipis di pasar saham pada hari Selasa, nyatanya kembali net sell pada perdagangan Rabu lalu. Alhasil, di pasar saham saja, asing sudah mencatat net sell sebesar US$ 1,21 miliar month-to-date.
Adapun di pasar surat utang negara (SBN), pemodal asing juga belum kembali menambah kepemilikan. Posisi asing di SBN per 22 April mencapai Rp889,42 triliun, berkurang Rp2,5 triliun dibanding akhir Maret lalu. Sementara di SRBI, posisi asing juga makin susut. Dalam sebulan terakhir, asing sudah melepas sekitar Rp22,61 triliun kepemilikan di instrumen operasi moneter tersebut.
Keputusan menahan bunga acuan pada akhirnya jadi pilihan BI demi menjaga agar outflows tak kian besar. Meski pada saat yang sama, kelesuan ekonomi sudah di depan mata dan bisa kian buruk akibat perang dagang.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini cenderung di bawah titik tengah target, atau di bawah 5,1%. Proyeksi itu senada dengan perkiraan lembaga internasional, IMF, yang bahkan meramal Indonesia hanya akan tumbuh 4,7% pada 2025 dan 2026. Bloomberg Economics juga memprediksi, ekonomi RI hanya tumbuh 4,9% tahun ini dan tahun depan.
Ketidakpastian yang masih besar di pasar global akan menjadi tema utama yang rentan membawa rupiah terperosok menjebol level psikologis baru.
Terbaru dalam lanskap global, sentimen risk-on sedikit terangkat lagi menyusul tanda-tanda bahwa Trump memikirkan kembali elemen paling agresif dari sikap agresifnya terhadap perdagangan juga terhadap bank sentralnya, yakni Federal Reserve.
Suasana di Wall Street membaik terbantu oleh laporan yang menyatakan AS bersedia menerapkan tarif yang lebih ringan pada Beijing selama lima tahun. Trump mengatakan secara terpisah, AS akan mencapai kesepakatan yang adil dengan China dan pada Rabu malam di Washington mengatakan China mungkin akan menerima tarif baru dalam dua hingga tiga pekan ke depan.
Namun, kesemuanya itu juga masih sangat dinamis. Dengan kondisi pasar di Indonesia sudah terlebih dulu muram bahkan ketika gong perang dagang ditabuh, perkembangan negatif sedikit saja di pasar global, akan dengan mudah menjatuhkan kekuatan mata uang.
(rui)





























