Logo Bloomberg Technoz

Hanya dalam waktu tiga tahun, perusahaan ini berkembang pesat, mengoperasikan jutaan sepeda di ratusan kota dan bahkan menembus pasar internasional.

Mobike menyusul tak lama kemudian, dengan pendekatan berbeda: fokus pada teknologi. Sepeda Mobike dirancang ulang secara menyeluruh yang tidak lagi menggunakan rantai, dilengkapi GPS, kunci pintar bertenaga surya, dan ban anti-bocor.

Pendekatan ini membuat Mobike mendapat dukungan kuat dari raksasa teknologi Tencent.

Ofo dan Mobike menawarkan tarif sangat murah, hanya sekitar 15 sen untuk 30 menit, dan tanpa keharusan mengembalikan sepeda ke stasiun tertentu. Fleksibilitas ini membuat sepeda berbagi begitu diminati oleh jutaan warga kota yang mencari moda transportasi cepat, murah, dan praktis.

Dengan cepat keduanya mencatatkan valuasi di atas US$1 miliar atau menyandang status unicorn.

Pada 2018 Cruchbase memperkirakan mereka telah mengumpulkan dana investor US$4,5 miliar dan telah beroperasi di lebih dari 200 kota di 20 negara di seluruh dunia.

Ofo dan Mobike tak kuasa mencatatkan pertumbuhan secara eksponensial. Menurut lembaga iiMedia Research, pasar sepeda berbagi diperkirakan bernilai lebih dari 23 miliar yuan pada 2019. Investor besar pun ikut ambil bagian, mulai dari Alibaba, DiDi Chuxing, hingga berbagai perusahaan modal ventura ternama. Tak hanya moda transportasi, layanan ini juga dinilai strategis sebagai sumber data perilaku pengguna untuk keperluan bisnis lain, termasuk analisis kredit.

Meski tampak menjanjikan, sejak awal para pengamat telah mengkritisi model bisnis sepeda berbagi. Biaya operasional tinggi –termasuk produksi sepeda yang bisa mencapai 3.000 yuan per unit– tak sebanding dengan pendapatan. Banyak perusahaan bahkan menawarkan tumpangan gratis demi menarik pengguna baru, yang membuat keberlanjutan bisnis dipertanyakan.

Selain itu, maraknya vandalisme dan penyalahgunaan memperparah keadaan. Banyak sepeda rusak, dibuang sembarangan, atau bahkan diprivatisasi oleh pengguna. Pemerintah kota pun mulai mengeluhkan dampaknya terhadap tata kota, trotoar penuh sesak oleh sepeda yang ditinggalkan begitu saja. Tak sedikit sepeda akhirnya berakhir di "kuburan sepeda", yakni tumpukan besar sepeda rusak di tempat pembuangan akhir.

Cheng Tian dari Shunwei Capital mengakui perusahaan sengaja membanjiri kota dengan sepeda demi mendominasi pasar. Namun strategi ini berujung pada kelebihan pasokan dan pemborosan besar-besaran. Sengitnya persaingan lantas memperlambat waktu balik modal dan mempercepat pembakaran kas.

Berujung Malapetaka

Ternyata, praktik membakar dana investor tanpa didukung oleh model bisnis yang berkelanjutan justru berujung pada malapetaka. Kedua startup tersebut akhirnya mengalami keruntuhan atau kebangkrutan secara bersamaan karena kehabisan dana operasional.

Para pendiri kedua perusahaan sempat menegaskan bahwa misi mereka bukan semata bisnis, tetapi juga mendorong perubahan gaya hidup dan kota yang lebih ramah lingkungan. Hu Weiwei, pendiri Mobike, menyatakan ingin "membangun kota yang diperintah oleh sepeda," sedangkan Dai Wei dari Ofo menekankan peran sosial perusahaan, termasuk donasi sepeda ke Afrika dan kerja sama dengan PBB.

Namun idealisme tersebut tak mampu menahan derasnya tekanan pasar. Banyak startup berbagi lain ikut tumbang. Infrastruktur perawatan tidak mampu mengimbangi skala operasional. Pengguna pun mulai kehilangan kepercayaan setelah kesulitan menemukan sepeda yang berfungsi dengan baik.

Investor Ofo dan Mobike sempat membahas kemungkinan merger antara kedua perusahaan, namun gagal mencapai kesepakatan. Pendiri Ofo, Dai Wei, menolak menjual perusahaannya, dan struktur permodalan kedua startup yang kompleks turut menjadi penghambat. Pada akhirnya, Ofo dibiarkan menghadapi kebangkrutannya sendiri, sementara Mobike diakuisisi oleh Hellobike dengan nilai sebesar US$2,7 miliar pada April 2020.

China, yang semula mendukung penuh industri ini dengan regulasi longgar dan insentif fiskal, kini mulai memperketat pengawasan terhadap sektor ini. Dari puncak kejayaan sebagai unicorn dengan pertumbuhan tercepat, Ofo dan Mobike kini tinggal cerita. Sebuah pengingat bahwa dalam ekonomi digital sekalipun, prinsip dasar ekonomi tetap berlaku pertumbuhan harus disertai keberlanjutan.

(wep)

No more pages