Josua mengatakan, permintaan musiman selama Ramadan dan Idulfitri telah mendorong kenaikan harga pangan. Dengan pasokan makanan yang diperkirakan akan membaik pada kuartal I-2025, kenaikan harga kemungkinan akan tetap terkendali. Namun, Josua mengantisipasi indeks harga bergejolak untuk kembali ke wilayah inflasi pada Maret 2025.
"Secara keseluruhan, kami memperkirakan bahwa IHK kumulatif dari Januari hingga Maret 2025 akan mencerminkan tingkat inflasi yang rendah sekitar 0,65% secara year-to-date [ytd]," ujarnya.
"Kami mengantisipasi IHK akan kembali ke inflasi tahunan pada Maret 2025. Tingkat inflasi IHK tahunan diproyeksikan mencapai 1,27% [yoy] pada Maret 2025, rebound dari deflasi -0,09% yoy pada Februari 2025."
Sementara itu, inflasi IHK inti tahunan diperkirakan meningkat dari 2,48% yoy menjadi 2,51% yoy pada Maret 2025, didorong oleh permintaan musiman selama Ramadan dan Idulfitri, serta kenaikan harga emas.
Selanjutnya, Josua memperkirakan inflasi IHK umum akan tetap berada di kisaran 2-3% pada akhir 2025. Dengan berakhirnya diskon tarif listrik, Josua memperkirakan inflasi akan tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5-3,5% pada akhir 2025.
Dikonfirmasi secara terpisah, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang memproyeksikan inflasi Indonesia pada Maret 2025 mencapai sekitar 0,63% secara bulanan (MoM), dengan inflasi tahunan (YoY) naik tipis sebesar 0,01%. Inflasi inti juga tetap terjaga di sekitar 2,59% (YoY), yang mencerminkan kondisi sisi permintaan yang relatif stabil.
"Kenaikan inflasi bulan ini utamanya didorong oleh faktor musiman selama Ramadan, terutama pada kelompok makanan, minuman, dan transportasi," ujar Hosianna kepada Bloomberg Technoz.
Selain itu, pencairan tunjangan hari raya (THR) dan insentif lainnya mendorong daya beli masyarakat dan turut menambah tekanan pada harga beberapa komoditas strategis seperti beras, daging, dan bahan pokok lainnya.
Di sisi lain, berakhirnya program diskon tarif listrik dari pemerintah pada Februari lalu juga memberikan tambahan tekanan inflasi pada kelompok harga diatur pemerintah atau administered prices. Meski demikian, beberapa kebijakan mitigasi seperti diskon tarif tol dan tiket pesawat selama masa mudik cukup membantu menahan tekanan inflasi di sektor transportasi.
"Terkait dengan kemungkinan deflasi saat Lebaran, kami melihat peluang tersebut relatif kecil. Tekanan inflasi dari sisi permintaan musiman dan penyesuaian administered prices masih cukup kuat. Namun, tekanan ini diperkirakan akan mereda setelah periode Lebaran usai," ujarnya.
"Secara umum, kami melihat inflasi tahun ini masih terkendali, tetapi tetap perlu diwaspadai faktor eksternal, termasuk dampak lanjutan dari tarif dagang Amerika Serikat, yang meski saat ini belum terasa langsung, bisa berpengaruh dalam jangka menengah tergantung pada pergerakan rantai pasok global," pungkasnya.
(dov/del)




























