Logo Bloomberg Technoz

Sepanjang tahun ini, ancaman tarif telah mengguncang pasar logam mulia. Para pedagang berlomba mengirim miliaran dolar emas dan perak ke AS sebelum tarif diberlakukan, sekaligus memanfaatkan harga tinggi di pasar Amerika. Namun strategi arbitrase ini tiba-tiba terhenti setelah Trump memberikan pengecualian bagi sebagian besar logam dalam kebijakan tarif terbarunya. Meski demikian, beberapa logam masih dikenai tarif melalui Undang-Undang Perluasan Perdagangan (Trade Expansion Act) Pasal 232. Perbedaan harga antara kontrak berjangka emas dan perak di New York dengan harga spot di London yang sebelumnya cukup besar—hingga mendorong bank dan pedagang menyewa pesawat dan kapal untuk mengangkut logam mulia dalam jumlah besar ke AS—langsung anjlok begitu kabar pengecualian diumumkan.

Tembaga

Tembaga masih dipertimbangkan untuk dikenai tarif tersendiri melalui Pasal 232, yang bisa mengganggu aliran perdagangan global dan menaikkan biaya di AS untuk komoditas yang digunakan dalam perumahan, otomotif, dan peralatan rumah tangga ini. Ancaman tarif tersebut akan menjadi agenda utama dalam pertemuan Cesco Week dan World Copper Summit yang digelar CRU di Santiago. Max Layton, kepala riset komoditas global di Citigroup Inc, memperkirakan harga tembaga akan terus turun karena kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global. “Ini adalah peluang luar biasa untuk bersikap bearish,” ujarnya dalam wawancara dengan Bloomberg Television.

Kopi

Salah satu negara yang paling terpukul oleh tarif adalah Vietnam, produsen terbesar robusta di dunia. Robusta umumnya digunakan untuk kopi instan, tetapi kini semakin banyak dicampur dalam berbagai campuran kopi karena harga arabika — varietas premium yang digunakan di kafe-kafe — masih bertahan mendekati rekor tertinggi. Brasil dan Kolombia, dua produsen utama arabika, juga terkena tarif sebesar 10%. Mengingat lonjakan harga pasar selama setahun terakhir, tambahan biaya akibat tarif ini menjadi beban baru bagi para pencinta kafein.

Panel Surya

Pengembang energi surya di AS telah menumpuk panel-panel surya selama lebih dari satu tahun, sebagian karena tarif lain yang diberlakukan sebelum pemerintahan Trump resmi menjabat pada Januari lalu. Stok yang ada kini diperkirakan cukup untuk menghasilkan 50 gigawatt kapasitas, menurut para analis. Persediaan ini diperkirakan akan meredam dampak langsung dari tarif baru, yang jika tidak ada kesepakatan pengurangan, akan semakin menumpuk di atas tarif-tarif yang sudah ada sebelumnya.

(bbn)

No more pages