Logo Bloomberg Technoz

Ransomware Lumpuhkan BSI, Belanja Keamanan Siber akan Naik Tajam

Ruisa Khoiriyah
19 May 2023 13:40

Gangguan M-Banking PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Gangguan M-Banking PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Serangan ransomware yang melanda PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan telah melumpuhkan sistem IT bank syariah terbesar di Tanah Air itu tidak bisa disangkal akan semakin mengerek ketakutan korporasi terhadap ancaman serangan siber.

Berkaca pada kasus BSI, sejak serangan grup penjahat siber Lockbit pada 8 Mei lalu, harga saham BSI langsung terpuruk lebih dari 4% walau kini kembali bangkit bertahan di level Rp1.650 pada perdagangan Jumat (19/5/2023). 

Serangan siber yang dialami oleh BSI itu tentu sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah dan bisa mengancam penurunan bisnis bank ke depan. Bayangkan, gara-gara dibajak oleh geng penjahat siber Lockbit, nasabah BSI kesulitan mengakses akun rekening mereka. 

Yang parah, kelumpuhan itu berlangsung hingga berhari-hari dan menjadi rekor terpanjang gangguan sistem bank. Aktivitas transaksi jelas saja jadi terganggu dan tidak akan mengagetkan bila nasabah BSI menimbang untuk memindahkan dana mereka di bank lain yang lebih siap menghadapi serangan siber seperti itu.

Serangan siber terhadap korporasi menjadi salah satu risiko terbesar yang dihadapi oleh perusahaan di berbagai industri. Berdasarkan survei PwC tentang prospek keamanan siber, terungkap bahwa mayoritas korporasi bersiap menghadapi lonjakan peretasan dan pelanggaran keamanan siber. 

Belanja korporasi untuk keamanan siber meningkat tajam menyusul tingginya kekhawatiran atas cyberattack (Divisi Riset Bloomberg Technoz)