Data yang telah direvisi ini menyoroti titik-titik kelemahan dalam perekonomian Jepang, meskipun secara keseluruhan masih menunjukkan pertumbuhan moderat. Perlambatan belanja rumah tangga dapat membuat bank sentral lebih berhati-hati dalam menentukan waktu yang tepat untuk terus mengurangi kebijakan moneter longgar melalui kenaikan suku bunga secara bertahap. BOJ dijadwalkan mengumumkan keputusan kebijakan moneter berikutnya pada 19 Maret.
Seperti dalam estimasi awal, ekspansi ekonomi didorong oleh perdagangan bersih dan belanja bisnis, sementara konsumsi swasta tetap stagnan. Ekspor bersih meningkat terutama karena turunnya angka impor.
Mayoritas ekonom yang disurvei pada Januari memperkirakan BOJ akan menaikkan suku bunga acuan pada Juli. Wakil Gubernur BOJ, Shinichi Uchida, pekan lalu juga mengisyaratkan bahwa suku bunga acuan akan terus meningkat secara bertahap.
Namun, serangkaian data ekonomi yang cukup solid belakangan ini, ditambah dengan pelemahan yen yang berkelanjutan, kenaikan harga pangan, serta prospek peningkatan upah yang kuat, membuat beberapa ekonom memperingatkan bahwa BOJ bisa saja menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan.
Laporan terbaru mengenai upah bulanan menunjukkan bahwa gaji pokok meningkat pada Januari dengan laju tercepat dalam 32 tahun terakhir. Negosiasi tahunan antara serikat pekerja dan perusahaan dijadwalkan mencapai tahap akhir minggu ini, dengan hasil awal yang akan memberikan gambaran mengenai tren upah tahun ini.
Ke depan, laju pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan akan melambat. Menurut analis yang disurvei oleh Bloomberg, salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan adalah apakah belanja konsumen—yang merupakan komponen terbesar dari PDB—dapat terus meningkat di tengah kenaikan biaya hidup yang semakin membebani rumah tangga.
(bbn)
































