Keputusan tersebut — yang seiring waktu dapat meningkatkan pasokannya lebih dari 2 juta barel — bertentangan dengan ekspektasi sebagian besar analis.
Pergeseran tersebut membantu menyeret harga berjangka turun secara luas, menambah kekhawatiran investor saat mereka menghadapi meningkatnya ketegangan perdagangan.
Para pedagang menandai kekhawatiran kelebihan pasokan yang berasal dari rencana pasokan OPEC+, serta dari kemungkinan perubahan sikap Washington terhadap sanksi keras terhadap Rusia.
Sementara itu, pasokan minyak mentah Iran dan Rusia yang sensitif terus mengalir ke pelanggan di China, meskipun dengan beberapa rintangan.
Perbedaan waktu utama yang mengukur kesehatan patokan Dubai di kawasan itu juga merosot. Perbedaan antara kontrak bulan kedua dan ketiga menyempit menjadi hanya 38 sen pada Selasa, dibandingkan dengan US$2,55 pada akhir Januari, menurut data dari pialang PVM Oil Associates Ltd.
Langkah tersebut mengindikasikan meredanya kekhawatiran tentang pasokan yang ketat, dan merupakan tanda bahwa premi yang tinggi yang terlihat di pasar Timur Tengah setelah sanksi AS terhadap minyak Rusia dan Iran awal tahun ini tidak berkelanjutan.
Pada saat itu, terjadi perebutan minyak mentah alternatif dari Timur Tengah yang pada akhirnya memacu beberapa kenaikan harga terbesar bagi produsen regional dalam beberapa tahun. Reli itu tidak bertahan lama, dan sekarang kontrak tersebut adalah yang paling aktif diperdagangkan, memperparah penurunan baru-baru ini.
Rentang waktu yang lebih lemah telah membebani Dubai lebih dari Brent, menyebabkan perbedaan antara penanda London dan Timur Tengah — yang dikenal sebagai EFS — melebar menjadi 84 sen per barel dibandingkan dengan 31 sen pekan lalu.
Pergerakan tersebut telah memaksa jendela untuk kargo arbitrase dari Eropa dan AS ke Asia untuk "tertutup rapat", menurut Neil Crosby, seorang analis di Sparta Commodities.
(bbn)
































