Logo Bloomberg Technoz

Secara teknikal nilai rupiah telah menembus level resistance terdekat dan bila arus beli masih kuat, rupiah bisa berlanjut ke Rp16.450/US$ dan Rp16.420/US$ hingga Rp16.400/US$.

Penguatan mata uang Asia bahkan terjadi ketika perang dagang yang dikobarkan oleh Presiden AS Donald Trump makin memanas. Hari ini tarif 25% pada Kanada dan Meksiko diberlakukan dan menyusul tarif pada Tiongkok hingga 20%, dua kali lipat dari rencana semula.

Panas perang dagang lebih berdampak pada pasar ekuitas pagi ini. IHSG yang kemarin rebound besar, pagi ini dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,28% di level 6.500.

Adapun pasar surat utang negara pagi ini bergerak variatif dengan mayoritas mencatat penurunan imbal hasil, indikasi kenaikan harga.

SUN tenor 2Y misalnya, turun tipis yield-nya 0,6 basis poin ke level 6,572%. Lalu tenor 10Y turun 1,1 basis poin ke 6,872%. Penurunan terbanyak dicatat oleh tenor 18Y yang pagi ini terkikis imbal hasilnya 5,5 basis poin di level 7,028%, seperti ditunjukkan oleh data realtime OTC Bloomberg.

Bunga The Fed

Pelemahan dolar AS tadi malam ditengarai terkait dengan data manufaktur AS yang melemah pada Februari meski masih di zona ekspansi yaitu di 50,3.

Angka itu juga di bawah ekspektasi pasar sehingga memantik lagi harapan akan adanya pemangkasan bunga acuan The Fed untuk merangsang perekonomian.

Data tersebut telah mengerek harga emas sebagai safe haven pilihan dan menepis dolar AS.

Pasar kemungkinan akan menunggu sinyal-sinyal yang mungkin dilempar para pejabat The Fed yang dijadwalkan bicara di berbagai forum sepanjang pekan ini. Termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell yang akan berpidato pada Jumat nanti di Chicago.

(rui)

No more pages