Logo Bloomberg Technoz

"Kebutuhan untuk berkontribusi signifikan harus dimulai dengan persiapan yang mulus dan eksekusi yang baik. Masalah teknis akan ada di sana-sini, selalu ada di program yang sangat masif," tukas Bambang.

Oleh karena itu, tambah Bambang, pemerintah akan bekerja keras untuk memastikan kesuksesan MBG. Bukan apa-apa, demi MBG harus ada yg dikorbankan yaitu pemangkasan anggaran di berbagai sektor dan kementerian/lembaga.

"Harus dipastikan program ini mulus dalam eksekusinya," tegas Bambang.

Program kedua adalah pembangunan 3 juta rumah. Bambang menilai, dampaknya akan sangat signifikan.

"Multiplier effect sektor properti adalah salah satu yang tertinggi. Melibatkan industri baja, kayu, dan lain-lain. Efeknya akan mulai terasa tahun ini," ucap Bambang.

Tumbuh 8% Harus Genjot Sektor Manufaktur

Indonesia sudah saatnya mengalihkan fokus ekonominya menuju manufaktur dari komoditas demi tercapainya target pertumbuhan 8%, kata Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro.

“Karena ekonomi kita mayoritas saat ini masih berbasis komoditas, maka kita perlu memulai transformasi ekonomi dari komoditas ke manufaktur,” terang Bambang.

Tetapi tidak cukup untuk membawa ekonomi kita ke pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.” Bambang menambahkan bahwa Indonesia tidak bisa hanya bertahan pada laju pertumbuhan 5% setiap tahunnya. 

Strategi yang telah dilakukan adalah hilirisasi, termasuk kaitannya dalam pengembangan komponen pendukung industri mobil listrik (electric vehicle/EV). Hal ini kemudian bisa diperkuat dengan peningkatan realisasi investasi (FDI) ke sektor manufaktur yang menjadi target.

Indonesia kini tengah menatap target pertumbuhan jangka menengah hingga jangka panjang. Data mencatat dalam tiga tahun terakhir ekonomi Indonesia bertahan di kisaran 5%, bahkan pada 2021 hanya tercatat 3,7% dengan kontribusi utama pada konsumsi rumah tangga.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Jahen F. Rezki menambahkan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah membongkar stagnasi pertumbuhan ekonomi, dimana “dalam lima tahun terakhir pertumbuhannya masih berkisar di 5%.”

-Dengan asistensi Hidayat Setiaji dan Whery Enggo Prayogi.

(ibn)

No more pages