“Pada saat yang sama, produksi mungkin akan turun karena faktor musiman. Faktor tersebut yang kemudian mengerek harga CPO,” kata Darren Lim, Commodities Strategist di Phillip Nova, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Selain itu, harga CPO juga merespons perkembangan harga minyak nabati lainnya. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) melejit 3,25%.
Saat harga minyak kedelai makin mahal, maka keuntungan untuk beralih ke CPO akan meningkat. Sebab, kedua komoditas ini bisa saling menggantikan.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana dengan ramalan harga CPO untuk pekan depan? Apakah akan ada kenaikan 4 minggu beruntun?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), CPO masih berada di zona bullish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 52,47. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Semenatara indikator Stochastic RSI ada di 18,08. Sudah di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Dengan demikian, harga CPO masih berpeluang naik. Pivot point ada di MYR 4.533/ton. Jika tertembus, maka target resisten ada di kisaran MYR 4.574-4.781/ton.
Sedangkan target support terdekat adalah MYR 4.489/ton. Penembusan di titik ini berisiko menyeret harga CPO melemah ke arah MR 4.462-4.418/ton.
(aji)
































