BMRI dinilai telah teruji, mampu mencatat kinerja positif setiap tahun. Terbukti selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo sebelumnya, Mandiri secara konsisten meraih pertumbuhan laba dengan tetap menjaga tingkat kredit bermasalah jauh di bawah batas ketentuan regulator. Padahal, selama 10 tahun kemarin, perekonomian Indonesia diwarnai tekanan global dan domestik yang tak kalah berat.
Tahun lalu, realisasi kredit Bank Mandiri secara konsolidasi mencapai Rp 1.670,55 triliun naik 19,5% secara year on year (YoY). Kredit wholesale yang menjadi core business perseroan terus menjadi pendorong utama penyaluran kredit. Begitupula, kualitas kredit Bank Mandiri sangat baik, tercermin dari rasio kredit bermasalah di level 0,97%, turun 5 basis poin (bps) dari tahun sebelumnya.
Dari sisi pendapatan non-bunga, Bank Mandiri berhasil meraih Rp 42,32 triliun, tumbuh 4,12% secara konsolidasi (yoy). Bank Mandiri mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 55,8 triliun naik 1,31% secara YoY. Pencapaian ini mencerminkan efektivitas strategi ekspansi berbasis digital, peningkatan efisiensi operasional, serta diversifikasi sumber pendapatan yang semakin kokoh.
Untuk mendukung ekspansi kredit tahun ini, Kiswoyo melihat pentingnya BMRI memperhatikan likuiditas. Sehingga, rasio penyaluran kredit berbanding simpanan alias loan to deposit ratio (LDR) BMRI dapat terjaga di level optimal. "Saya perkirakan saham sektor perbankan, masih akan terus meningkat. Terutama saham BMRI masih ada potensi bertumbuh hingga Rp 7.200 per saham sampai akhir 2025,” tutup Kiswoyo.
(tim)
































