Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah berpeluang melanjutkan penguatan meski mungkin dalam kisaran terbatas, pada perdagangan hari Rabu, di tengah pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (AS) pasca data pembukaan lapangan kerja AS menyentuh level terendah tiga bulan.

Data itu, menurunkan tingkat imbal hasil Treasury, surat utang AS, hingga 5 basis poin dan memberi dukungan lebih besar pada bank sentral AS, Federal Reserve, bahwa pasar tenaga kerja di negeri itu kini tak lagi menjadi sumber tekanan inflasi.

Sentimen positif itu, yang bisa memperkuat prospek penurunan bunga acuan The Fed, muncul di tengah genderang perang dagang antara AS versus China yang telah ditabuh. Aksi balasan China dengan mengenakan tarif impor 15% pada AS, membawa Perang Dagang 2.0 itu  memasuki babak awal. Pasar dipercaya akan terus bergerak dengan volatilitas yang tajam.

Indeks dolar AS turun hampir 1% kemarin, melenggang lagi di kisaran lebih rendah 107,96. Yield UST 10Y kini di 4,523% dan 2Y di 4,224%.

Pasar masih mengantisipasi kejutan-kejutan lanjutan terkait perang tarif negara-negara besar, meski meyakini aksi berbalas tarif itu sejatinya adalah bagian dari proses negosiasi untuk tujuan lebih besar.

Pasar modal China akan kembali dibuka hari ini setelah libur panjang perayaan Imlek. Reaksi pasar di Tiongkok akan dicermati setelah berbagai perkembangan terakhir terkait perang tarif tersebut.

Langkah awal dalam perang dagang terbaru antara AS dan China, menunjukkan pendekatan yang lebih hati-hati dari Presiden Xi Jinping dibandingkan respons pada periode pertama Donald Trump. 

Setelah AS memberikan pengecualian tarif bagi Kanada dan Meksiko, tarif 10% untuk produk China resmi berlaku pada Selasa. Beijing segera membalas dengan memberlakukan tarif tambahan terhadap sekitar 80 produk asal AS yang mulai berlaku pada 10 Februari. Namun, investor berharap adanya negosiasi yang dapat meredakan ketegangan.

“Ada kemungkinan dampak tarif ini akan lebih kecil dari yang diperkirakan,” ujar Todd Ahlsten dari Parnassus Investments. dilansir dari Bloomberg News. “Tarif ini bisa saja menjadi langkah awal dari negosiasi yang pada akhirnya dapat mengurangi dampaknya.”

Rupiah bisa mendapat keuntungan dari situasi pasar yang lebih kalem dengan indeks dolar AS yang melemah. Di pasar NDF, rupiah offshore diperdagangkan di kisaran Rp16.330/US$ setelah dini hari tadi ditutup menguat 0,18%.

Level itu lebih kuat dibanding posisi penutupan rupiah spot kemarin, mengisyaratkan rupiah mungkin berpeluang menguat meski mungkin dalam kisaran terbatas.

Pada pembukaan pasar valuta Asia pagi ini, pergerakan mata uang cenderung variatif. Baht menguat bersama ringgit dan yen, masing-masing 0,19%, lalu 0,10% dan 0,03%.

Namun, sebagian yang lain terlihat melemah. Won Korsel turun nilainya 0,34%, yuan offshore 0,11% dan dolar Singapura 0,03%.

The Fed tak tergesa

Pernyataan terbaru salah satu pejabat The Fed mengisyaratkan, bank sentral paling berpengaruh itu mengambil pendekatan berhati-hati merespons dampak dari berbagai kebijakan pemerintahan baru di bawah Donald Trump.

Gubernur Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly, menyatakan bahwa ekonomi AS saat ini berada dalam kondisi yang cukup baik. Sehingga bank sentral tidak perlu terburu-buru merespons kebijakan yang diperkenalkan oleh pemerintahan Donald Trump.

“Ada banyak ketidakpastian,” kata Daly dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Commonwealth Club World Affairs of California, Selasa (4/2/2025). “Kami bisa meluangkan waktu untuk melihat bagaimana perkembangan ekonomi dan perubahan kebijakan yang terjadi.”

Daly juga menekankan bahwa tugas menurunkan inflasi ke level 2% masih belum selesai, dan dirinya mengalokasikan “100% energi” untuk mencapai target tersebut.

Saat ini, Daly dan pejabat The Fed lainnya menghadapi ketidakpastian besar terkait kebijakan pemerintahan Trump, mulai dari tarif impor, kebijakan imigrasi, perpajakan, hingga regulasi yang berpotensi berdampak pada ekonomi AS.

Dari dalam negeri, lelang Surat Utang Negara kemarin mencatat lonjakan animo masuk dari pasar dengan incoming bids naik 41,5% menjadi Rp77,08 triliun di tengah sentimen pasar yang membaik setelah Trump menunda tarif pada Meksiko dan Kanada.

Kementerian Keuangan RI akhirnya memutuskan untuk menaikkan nilai penjualan melampaui target indikatif yaitu menjadi Rp28 triliun dari target Rp26 triliun.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi lanjut menguat hari ini, target kenaikan menuju area level Rp16.300/US$ yang menjadi resistance terdekat sebelum break resistance selanjutnya dengan target di Rp16.290/US$ sampai dengan Rp16.250/US$.

Apabila kembali break resistance tersebut, berpotensi menguat lanjutan dengan menuju level Rp16.200/US$ sampai dengan Rp16.150/US$ sebagai resistance paling potensial yang makin mendekati MA-50 dalam tren jangka menengah dengan time frame daily.

Jika nilai rupiah melemah dan tertekan pada perdagangan hari ini, support menarik dicermati pada level Rp16.380/US$ dan selanjutnya Rp16.400/US$.

Adapun support terkuat juga sebagai support psikologis ada di level Rp16.450/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 5 Februari 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages