Logo Bloomberg Technoz

eFishery sempat mencatatkan valuasi perusahaan US$1,4 miliar, dengan dukungan para investor kakap seperti Northstar Group, Temasek Holdings Pte. serta SoftBank. Model valuasi menjadi sasaran kritik karena mendorong pendiri startup menciptakan ekspektasi tidak realistis kepada calon investor atau investor lama.

Sosok Gibran Huzaifah buat investor berebut tanamkan uang di eFishery?

Dalam keterangan resminya pada 17 Desember lalu, eFishery menyatakan bahwa pergantian kepemimpinan bertujuan untuk meningkatkan tata kelola perusahaan dan telah menjadi perhatian pemegang saham. “Kami memahami keseriusan isu yang sedang beredar saat ini dan kami menanggapinya dengan perhatian penuh,” jelas perusahaan.

eFishery menjadi startup yang dinilai paling menjanjikan di tengah gelombang tech winter karena kinerjanya yang terus bertumbuh. eFishery didirikan Gibran dengan ambisi menjadi teknologi yang terjangkau dan mengurangi ketimpangan sosial melalui ekonomi digital.

Dalam jangka panjang eFishery bahkan menargetkan mencatatkan saham mereka di pasar modal Indonesia (IPO). Seiring waktu, segelintir eksekutif eFishery justru diduga melakukan rekayasa finansial.

Saat proses penyelidikan, Patrick Sugito Walujo atau Patrick Walujo dari Northstar sekaligus CEO GoTo, berbicara dalam sebuah forum bisnis pekan lalu menceritakan kondisi eFishery.

Ia menyebut dugaan laporan keuangan palsu yang diterima investor sebagai aksi memalukan. Meski bukan bagian dari tim yang melakukan investigasi, Patrick menganggap telah terjadi penipuan sistematis di semua lini perusahaan.

Laporan keuangan ganda

Rancangan laporan awal penyelidikan setebal 52 halaman terhadap eFishery, memperlihatkan bahwa manajemen perusahaan menggelembungkan pendapatan hampir US$600 juta hingga kuartal ketiga 2024, dilaporkan Bloomberg News. Pendapatan yang asli diperkirakan pada periode yang sama sebesar US$157 juta, bukan US$752 juta.

Draf laporan juga menyampaikan bahwa eFishery menyampaikan posisi perusahaan untung US$16 juta kepada investor untuk periode  Januari - September tahun lalu. Namun penyelidikan menguak fakta eFishery sejatinya rugi US$35,4 juta.

Laporan awal penyelidikan menyebut bahwa dengan penggelembungan itu lebih dari 75% angka yang dilaporkan adalah palsu. Laporan yang dibuat oleh FTI Consulting ini menemukan penggelembungan dalam penjualan alat pemberi makan ikan, menjadi 400 ribu dari jumlah sebenarnya sebesar 24 ribu. 

Penyelidikan ini dilakukan setelah seorang pelapor mendekati seorang anggota dewan dengan tuduhan bahwa data keuangan perusahaan tersebut tidak akurat.

Angka-angka yang tersebut di atas kemungkinan besar akan berubah lebih lanjut, dengan laporan bank, wawancara, dan akun-akun lain yang masih belum ditemukan atau diselesaikan.

Menurut potongan dokumen laporan FTI Consulting, diduga terdapat hasil kinerja keuangan ganda (dual reporting system) dan terjadi sejak tahun 2018. Laporan awal penyelidikan menyebut bahwa dengan penggelembungan itu lebih dari 75% angka yang dilaporkan adalah palsu.

FTI tidak memberikan tanggapan atas laporan yang muncul atas penyelidikan awal eFishery. Gibran dan perwakilannya juga tidak segera menanggapi permintaan wawancara. 

eFishery sebelumnya telah merekrut jasa PricewaterhouseCoopers dan Grant Thornton untuk mengaudit hasil keuangan, dilaporkan Bloomberg News. Kedua kantor akuntan tersebut juga menolak berkomentar.

eFishery meraih valuasi US$1,4 miliar ketika G42, sebuah perusahaan AI yang dikendalikan oleh kerajaan Uni Emirat Arab, Sheikh Tahnoon bin Zayed Al Nahyan, memberikan suntikan dana dalam putaran pendanaan terbaru.

eFishery telah mengumpulkan ratusan juta dolar AS dalam upaya untuk memodernisasi industri perikanan di Indonesia, dengan menyediakan perangkat pemberian makan berbasis teknologi serta pakan bagi para petani, dan kemudian membeli hasil panen mereka untuk dijual ke pasar yang lebih luas.

Para karyawan eFishery lantas membuat Serikat Pekerja PT MultiDaya Teknologi Nusantara (SPMTN) atau SP eFishery tak lama kasus fraud menjadi pemberitaan media massa. Terakhir menggelar aksi demo hari Kamis (23/1/2024) di Bandung, Jawa Barat.

Tiga tuntutan yang para pekerja suarakan diantaranya; pembatalan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, merespon sejumlah kabar rencana tersebut yang akan dieksekusi bulan Februari; SP eFishery juga menuntut pengaktifan kembali operasional perusahaan; dan meminta manajemen memberi klarifikasi kepada publik atas dugaan pemalsuan kinerja bisnis perusahaan.

(wep)

No more pages