Di sisi lain, pasar ekuitas global kemungkinan akan mengekor apa yang terjadi di Wall Street yang kemarin melejit nilainya berkat suntikan energi dari apa yang disebut proyek 'Stargate', membuat saham-saham AI melesat tajam.
Sentimen pasar saham global itu mungkin akan menjalar ke pasar saham domestik di mana IHSG sudah mencetak reli kenaikan dalam enam hari perdagangan beruntun sejauh ini.
Dari dalam negeri, para investor juga akan mencermati rilis data perkembangan Uang Beredar pada Desember. Sementara lanskap regional akan membawa pelaku pasar mengantisipasi keputusan Bank of Japan pada Jumat nanti.
Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, pergerakan mata uang memang variatif. Baht berbalik melemah 0,19% setelah sekian hari mencetak reli. Disusul oleh ringgit yang melemah 0,15%, dan won 0,05% serta yuan ofshore 0,02%.
Sementara yen menguat 0,11%, dolar Hong Kong dan dolar Singapura bergerak sedikit 0,02% dan 0,01%.
Menanti The Fed
Pergerakan rupiah yang kemungkinan masih akan bertaji didukung oleh sentimen dari pasar ekuitas juga kepercayaan akan prospek ke depan terkait pasokan valas, menyusul kebijakan DHE. Namun, laju rupiah mungkin masih akan dibayangi oleh dinamika di pasar surat utang.
Tadi malam, yield Treasury kembali naik menyusul antisipasi para pelaku pasar terhadap indikator-indikator ekonomi AS, untuk menghitung prospek penurunan bunga acuan The Fed, bank sentral AS.
Yield UST-10Y naik lagi 2,7 bps ke level 4,60%. Begitu juga tenor 2Y naik 1,9 bps ke level 4,29%.
The Fed akan menggelar pertemuan pekan depan, tepatnya pada 30 Januari untuk memutuskan kebijakan moneter. Sehari setelahnya, setelah FOMC diumumkan, AS akan merilis laporan Personal Consumption Expenditure (PCE) termasuk yang paling diantisipasi adalah data inflasi inti PCE bulan lalu.
Setelah kemarin pergerakan harga obligasi negara di Indonesia mayoritas naik, terindikasi dari penurunan yield, hari ini mungkin akan sedikit tertekan dengan selisih imbal hasil dengan Treasury yang menyempit jadi 245 basis poin.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah acara di Kantor Bank Indonesia pada Rabu kemarin, melontar sinyal akan kembali memangkas suku bunga BI rate ke depan, setelah pekan lalu mengejutkan pasar dengan penurunan.
Alat negosiasi
Menyoal isu tarif impor AS, para pelaku pasar mulai melihat bahwa pernyataan-pernyataan Trump yang silih berganti memicu volatilitas pasar itu, sebagai bagian dari strategi negosiasi Pemerintah AS terhadap mitra dagangnya.
Sebagaimana dilihat, setelah dilantik pada Senin, Trump sempat melegakan pasar karena belum akan menerapkan tarif impor pada China serta merta, melainkan hanya pada Kanada dan Meksiko sebesar 25% mulai 1 Februari nanti. Namun, sehari setelahnya, Trump menyatakan, masih menimbang tarif impor pada China sebesar 10% dan menimbang 1 Februari sebagai tanggal pemberlakuan.
Akan tetapi, laporan yang dilansir oleh Wall Street Journal pada Rabu, menyebutkan bahwa penasihat Trump ingin mengkaji pakta perdagangan kontinental yang sejatinya baru akan direview pada 2026. Hal itu dinilai sebagai cerminan taktik tarif sebagai alat menaikkan posisi tawar AS.
"Laporan itu menunjukkan bahwa ancaman tarif Trump sebesar 25% terhadap Meksiko dan Kanada yang ia janjikan akan dimulai pada 1 Februari hanyalah taktik negosiasi untuk memenangkan kesepakatan perdagangan awal," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.
Menurut analis, para investor sebaiknya fokus pada perkembangan data inflasi AS, yakni inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) yang akan dirilis akhir bulan nanti. "Juga fokus pada kebijakan moneter The Fed dengan memberikan sedikit perhatian terhadap gangguan taktik negosiasi Trump," kata Lionel.
Analis memperkirakan, The Fed akan memangkas bunga acuan sebanyak 75-100 bps tahun ini, berdasarkan pada asumsi inflasi PCE melambat jadi 2,1%.
"Situasi itu memungkinkan BI memangkas setidaknya 50 basis poin pada Semester 1-2025," kata Lionel.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat hari ini dengan target menuju area level Rp16.250/US$ yang menjadi resistance terdekat sebelum break resistance selanjutnya di Rp16.240/US$ sampai dengan Rp16.200/US$.
Apabila kembali break resistance tersebut, rupiah berpotensi menguat makin maju menuju level Rp16.180/US$ sampai dengan Rp16.150/US$ sebagai resistance paling potensial yang kian mendekati MA-50.
Jika nilai rupiah melemah dan tertekan pada perdagangan hari ini, support menarik dicermati pada level Rp16.300/US$ dan selanjutnya Rp16.310/US$. Adapun support terkuat juga sebagai support psikologis ada di level Rp16.350/US$.
(rui)




























