Bloomberg Technoz, Jakarta – Pangsa pasar minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya makin mengalami pergeseran pada Juli 2024, berbanding lurus dengan kian tingginya permintaan komoditas andalan ekspor nonmigas tersebut untuk proyek mandatori biodiesel di dalam negeri.
Kecenderungan tersebut terefleksi dalam laporan terbaru Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), yang memaparkan konsumsi CPO dalam negeri naik 90.000 ton menjadi 2,03 juta ton pada Juli dari 1,94 juta ton bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengelaborasi serapan CPO untuk kebutuhan biodiesel naik menjadi 1,03 juta ton pada Juli, dari 898.000 ton pada Juni. Sebaliknya, konsumsi CPO untuk keperluan industri pangan justru turun 40.000 ton dan untuk oleokimia anjlok 7.000 ton.
"Secara year on year sepanjang Januari—Juli 2024, konsumsi CPO dalam negeri mencapai 13,51 juta ton atau naik 2,17%. Konsumsi untuk pangan mencapai 5,76 juta ton atau 5,18% lebih rendah dari tahun lalu, oleokimia 1,30 juta ton atau lebih rendah 2,11%, sedangkan biodiesel 6,44 juta ton atau 10,84% lebih tinggi dari tahun lalu," paparnya melalui laporan terbaru Gapki yang dirilis Rabu (25/9/2024).

Seiring dengan makin naiknya permintaan minyak sawit untuk biodiesel di dalam negeri, kinerja ekspor CPO dan produk turunannya pun terus mengalami penurunan.
Mukti memaparkan total ekspor CPO dan produk turunannya mengalami penurunan menjadi 2,24 juta ton pada Juli 2024 dari 3,38 juta ton bulan sebelumnya atau turun sebesar 1,14 juta ton, setelah naik pada sebelumnya dengan 1,42 juta ton.
"Penurunan terbesar terjadi pada produk olahan CPO yang turun sebesar 648.000 ton dari 2,23 juta ton pada Juni menjadi 1,58 juta ton pada Juli, diikuti CPO yang turun dengan 477.000 ton menjadi 174.000 ton," terangnya.
Walhasil, nilai ekspor juga anjlok menjadi US$1,97 miliar dari US$2,79 miliar pada Juni, meskipun harga rata-rata CPO naik dari US$1.011/ton pada Juni menjadi US$1.024/ton cif Roterdam pada Juli.
Menurut negara tujuannya, penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India yang turun 490.000 ton secara bulanan menjadi 293.000 pada Juli, diikuti oleh China yang turun 255.000 ton menjadi 488.000 ton.
Ekspor ke Mesir juga anjlok 71.000 ton menjadi 50.000 ton, ke Pakistan turun 64.000 ton menjadi 224.000 ton setelah, sedangkan ke Afrika turun 162.000 ton setelah naik 184.000 ton pada bulan sebelumnya. Ekspor CPO tujuan Uni Eropa juga mengalami kemerosotan sebesar 77.000 ton menjadi 198.000 ton pada Juli.
"Dengan produksi yang mengalami turun 2%, konsumsi dalam negeri yang naik 4,67%, dan ekspor yang turun
33,79%; maka stok akhir Juli kembali turun menjadi 2,51 juta ton dari 2,81 juta ton pada akhir Juni," papar Mukti.
(wdh)