Bloomberg Technoz, Jakarta - Virus African Swine Fever (ASF) menyerang ternak babi di wilayah Papua dan NTT.
Dari data Kepala Dinas Pertenakan dan Perkebunan Papua terjadi peningkatan angka kematian pada ternak babi di Kampung Noloka dan Ayapo Distrik. Tercatat hingga April 2024 sudah ada 156 ekor yang mati karena virus ASF.
Untuk itu status darurat virus ASF pun dikeluarkan lewat surat keputusan Gubernur Papua nomor: 188.4./143 Tahun 2024.
Selain di Papua, virus ASF juga ditemukan pada 2 sampel babi di NTT. Bahkan dilansir dari Pos Kupang, berdasarkan data yang diungkap (Plt) Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lembata, Theresia Making, sejak Mei sudah 239 ekor babi mati dan dua diantaranya terkonfirmasi positif ASF.
Apa itu Virus ASF
Menurut situs ppid.pertanian.go.id, African Swine Fever (ASF) adalah penyakit pada babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 % sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.
ASF tidak berbahaya bagi manusia dan bukan masalah kesehatan masyarakat. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis), jadi produk babi dipastikan tetap aman untuk konsumsi.
Tanda-tanda Klinis ASF
- Kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum
- Diare berdarah
- Berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga
- Demam (41 derajat Celsius), Konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang2 muntah, diare atau sembelit
- Pendarahan Kulit Sianosis
- Babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, tidak mau makan.
ASF dapat menyebar melalui
- Kontak langsung
- Serangga
- Pakaian
- Peralatan peternakan
- Kendaraan
- Pakan yang terkontaminasi
Berdasarkan kajian analisa risiko, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke Indonesia.
Diantaranya melalui pemasukan daging babi dan produk babi lainnya, sisa-sisa katering transportasi intersional baik dari laut maupun udara, orang yang terkontaminasi virus ASF dan kontak dengan babi di lingkungannya.
Langkah strategis utama dalam mencegah terjadi ASF adalah melalui penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik serta pengawasan yang ketat dan intensif untuk daerah yang berisiko tinggi.
(spt)