Logo Bloomberg Technoz

Harga Sembako Naik, Mampukah Lebaran Dongkrak Konsumsi?

Ruisa Khoiriyah
31 March 2023 06:12

Pengunjung memilih pakaian di pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat (17/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pengunjung memilih pakaian di pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat (17/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kedatangan musim perayaan yaitu Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri dapat menjadi kabar baik bagi pemulihan ekonomi domestik setelah hantaman pandemi tiga tahun terakhir. Namun, seberapa besar dampak musim perayaan itu dalam mengungkit laju perekonomian domestik yang masih dibayangi perlambatan ekonomi global, itu masih menjadi pertanyaan.

Lebaran tahun ini menjadi yang pertama setelah kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada September 2022 lalu. Ini juga akan menjadi Lebaran pertama tanpa ada lagi pembatasan kegiatan sosial (PPKM) yang berakhir Desember kemarin, juga tanpa kewajiban booster vaksin bagi para pemudik. Animo pemudik akan memuncak dengan perkiraan 123,8 juta orang pulang ke kampung halaman dan prediksi uang berputar di daerah mencapai Rp 93 triliun.

Supaya arus mudik bisa dipecah, pemerintah menambah satu hari jatah cuti bersama menjadi 5 hari yaitu 19-25 April, lebih banyak daripada tahun lalu yang 4 hari cuti bersama. Akan tetapi, total panjang libur Lebaran tahun ini akan lebih pendek karena dua hari Idul Fitri jatuh pada Sabtu-Minggu.

Tahun lalu, total libur Lebaran mencapai 9 hari. Sumbangan aktivitas ekonomi pada Lebaran tahun ini terhadap Produk Domestik Bruto dikhawatirkan akan lebih kecil akibat hal-hal tersebut

Hari kerja yang lebih pendek karena cuti bersama nan panjang, menurut Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, dapat menurunkan aktivitas manufaktur dan bisnis. Di sisi lain, kenaikan BBM akan membuat biaya mudik jadi lebih mahal.