Logo Bloomberg Technoz

Pasar Surat Utang RI Berpeluang Bangkit, Yield Tertinggi di Asia

Ruisa Khoiriyah
02 May 2024 09:40

Ilustrasi rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)
Ilustrasi rupiah. (Brent Lewin/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Imbal hasil Treasury, surat utang Amerika Serikat (AS), turun dari level rekor setelah hasil pertemuan Komite Terbuka (FOMC) Federal Reserve menepis kekhawatiran akan adanya kenaikan bunga acuan lagi meskipun suku bunga tinggi kemungkinan masih akan ditahan lebih lama ketimbang harapan pelaku pasar. Potensi penurunan bunga acuan, Fed Funds Rate, kini menjadi hanya satu kali saja dan bergeser ke Desember.

Arah angin yang berbalik di pasar surat utang global mungkin akan memberikan sedikit perbaikan sentimen di pasar Surat Utang Negara (SUN) hari ini, Kamis (2/5/2024). Kejatuhan harga surat berharga negara sejauh ini yang telah melejitkan yield hingga di atas 7% di semua tenor, mungkin akan mulai menarik minat pemodal untuk kembali masuk.

Tingkat imbal hasil SUN sudah mendekati level tertinggi dalam enam bulan terakhir dengan tenor 10Y sudah di kisaran 7,25%, melampaui level imbal hasil surat berharga pemerintah India 7,19% dan termasuk yang tertinggi di Asia dengan selisih yield dengan US Treasury kian melebar menjadi 262 bps, terlebar sejak Februari.

Sinyal pembalikan arah itu sebenarnya sudah terlihat pada gelar lelang SUN Selasa lalu. Nilai permintaan masuk mencapai lebih dari Rp50 triliun, jauh lebih tinggi dibanding lelang SUN sebelumnya.

Permintaan masuk masih didominasi oleh investor dalam negeri yang sejauh ini menjadi pemegang terbesar surat utang RI. Sedangkan investor asing mencatatkan permintaan sekitar 18% dari incoming bids yang masuk dalam lelang, sudah lebih besar dibanding 9% dalam lelang sebelumnya.