Logo Bloomberg Technoz

Gapki: Kebijakan RI Bikin CPO Makin Mahal dari Minyak Nabati Lain

Pramesti Regita Cindy
01 May 2024 14:10

Seorang pekerja memanen buah kelapa sawit di Kabupaten Bogor di Jawa Barat, Indonesia, Senin, 20 Juni 2022. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Seorang pekerja memanen buah kelapa sawit di Kabupaten Bogor di Jawa Barat, Indonesia, Senin, 20 Juni 2022. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut peningkatan produksi minyak kompetitor menjadi salah satu penyebab rerata harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) selalu lebih mahal dari rerata harga minyak nabati dunia.

Ketua Umum Gapki Eddy Martono menyebut kecenderungan itu sudah mulai tampak sejak Oktober 2023. 

"Harga minyak bunga matahari di bawah harga CPO. Ini saya buktikan sendiri di Uzbekistan, China, dan India. Di sana harga minyak biji bunga matahari lebih murah, padahal produktivitas sawit luar biasa sangat tinggi. Namun, kenapa [minyak nabati lainnya] bisa lebih murah?" ujarnya, Selasa (30/4/2024).

"Karena memang begitu ada larangan ekspor [CPO] dari Indonesia, mereka [negara lain] butuh [mengamankan] ketahanan pangan juga. Jadi mereka gencar menanam, mereka menanam apa yang mereka bisa tanam, sehingga produksi bunga matahari melimpah."

Produksi minyak kelapa sawit./Bloomberg-Ferley Ospina

Eddy lebih lanjut menjelaskan bahwa bukan hanya minyak biji bunga matahari saja yang mengalami kenaikan produksi. Minyak biji rapa atau rapeseed oil atau familiar disebut sebagai minyak bunga canola, serta minyak kedelai juga mengalami peningkatan produksi.