Logo Bloomberg Technoz

Manuel Baigorri, Yuki Furukawa, dan Taro Fuse – Bloomberg News

Bloomberg, Toshiba Corp. akhirnya resmi menerima tawaran pembelian (buyout) dari sebuah konsorsium Jepang. Raksasa elektronik itu kini selangkah lebih dekat untuk mengakhiri babak bermasalah dalam sejarahnya selama lebih dari 140 tahun. 

Grup konglomerasi yang berbasis di Tokyo itu mengumumkan bahwa, pada Kamis (23/3/2023), mereka telah menyepakati penawaran senilai 2 triliun yen (US$ 15,3 miliar atau setara Rp 227,85 triliun) dari konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan ekuitas swasta domestik Japan Industrial Partners Inc. (JIP). Nilai tersebut setara dengan 4.620 yen per saham.

Penawaran itu juga mencakup sekitar 9,7% premi harga penutupan Toshiba pada Kamis. Sehari setelahnya, Jumat (24/3/2023), sahamnya naik 6,1% menjadi 4.471 yen pada pukul 09:09 waktu setempat.

Sebagai langkah lanjutan, penawaran tender diperkirakan mulai per akhir Juli, dan jadwal pastinya akan diumumkan kemudian.

Sebanyak 17 perusahaan Jepang dan enam lembaga keuangan domestik dipastikan berpartisipasi dalam pembelian tersebut. Menurt laporan Nikkei, beberapa di antaranya a.l. Orix Corp., Rohm Co. dan Chubu Electric Power Co.

Aksi kororasi tersebut digadang-gadang sanggup mengakiri pergolakan selama bertahun-tahun di Toshiba, setelah serangkaian skandal menjerumuskannya ke dalam kesulitan yang berujung pada keputusan penjualan.

Manajemen Toshiba, Pemerintah Jepang, dan sebagian besar pemegang saham asing di Toshiba berselisih paham tentang masa depan perusahaan. Di satu sisi, investor aktivis berusaha memaksimalkan pengembalian (return). Di sisi lain, Pemerintah Jepang ingin menjaga agar teknologi dan bisnis sensitif Toshiba tidak jatuh ke tangan asing.

“Memiliki resolusi di sini akan menjadi positif, karena salah satu masalah Toshiba adalah kurangnya strategi yang konsisten akibat perubahan arah yang konstan,” kata Mio Kato, analis LightStream Research.

Namun, dia menilai bahwa “masih ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dalam hal membangun pendorong pertumbuhan baru dan memaksimalkan potensi beberapa bisnis baru.”

Kisah Toshiba menjadi preseden bagi tata kelola perusahaan di Jepang karena daftar investor aktivis terkemuka melihat peluang dan mengambil saham di perusahaan tersebut. Mereka termasuk Elliott Management Corp. milik miliarder Paul Singer; Oasis Management Co. milik Seth Fischer; serta Effissimo Capital Management Pte dan 3D Investment Partners Pte.

Beberapa firma ekuitas swasta terbesar di dunia juga mempertimbangkan untuk melakukan penawaran pembelian, termasuk Bain Capital, CVC Capital Partners, dan KKR & Co.

Toshiba Corp. (Dok. Bloomberg)

Bisnis tenaga nuklir Toshiba dianggap penting untuk keamanan nasional. Perusahaan terlibat dalam penonaktifan pembangkit listrik tenaga atom Fukushima Dai-Ichi, yang hancur akibat gempa bumi, tsunami, dan kehancuran nuklir pada 2011. Hal itu kian mempersulit pemerintah untuk menerima pengalihan kepemilikan Toshiba ke perusahaan luar negeri.

Sebelum penurunan permintaan cip memori dan hard drive, konsorsium telah menawarkan sebanyak 5.500 yen per saham, kata Toshiba. Akan tetapi, JIP menurunkan tawarannya beberapa kali sejak itu akibat kondisi pasar yang memburuk, kesulitan dalam mengamankan pembiayaan, dan penurunan prospek laba Toshiba.

Jika penjualan berhasil, manuver itu akan menjadi salah satu transaksi Asia terbesar tahun ini di tengah tren anjloknya volume kesepakatan di kawasan. Aksi tersebut juga akan menandai salah satu pembelian yang dipimpin oleh ekuitas swasta terbesar di Jepang.

Di internal Toshiba, kalan menuju kesepahaman di tubuh dewan selalu jauh dari mulus. Bloomberg News sebelumnya melaporkan bahwa kelompok yang dipimpin JIP menghadapi kendala dalam mengamankan pembiayaan karena perbankan tengah lebih berhati-hati dalam menyediakan dana untuk transaksi besar di lingkungan ekonomi yang kurang menguntungkan.

Toshiba telah terhuyung-huyung dari satu bencana ke bencana lainnya selama delapan tahun terakhir, dimulai dengan skandal akuntansi pada 2015 yang menghancurkan keuntungan dan menyebabkan restrukturisasi seluruh perusahaan. 

Penguraian selanjutnya dari perampokan yang mahal ke dalam bisnis tenaga nuklir di AS menyebabkan penurunan valuasi perusahaan senilai US$ 6,3 miliar dan membuatnya terjerumus ke ambang delisting. Mereka pun terpaksa menjual unit bisnis cip memori dan menawarkan saham yang diambil oleh investor asing.

Sejak itu, dewan komisaris dan direksi berselisih tentang masa depan perusahaan. Pada 2020, ketika Effissimo meminta untuk menempatkan salah satu pendiri dan kandidat lainnya di dewan Toshiba, pemegang saham menolaknya. 

Curiga tentang bagaimana pemungutan suara dilakukan, Effissimo mengusulkan agar investigator independen ditunjuk untuk menyelidikinya, dan mereka memenangkan pemungutan suara pemegang saham pada 2021. Laporan dari penyelidikan tersebut mengindikasikan manajemen Toshiba bekerja sama dengan sekutu pemerintah untuk memengaruhi hasil.

Awal tahun lalu, pemegang saham juga menolak proposal manajemen untuk membagi perusahaan menjadi dua, yang diajukan sebagai alternatif untuk menjual konglomerat ke ekuitas swasta, yang diminta oleh investor. Kegagalan rencana itu memicu pencarian opsi strategis untuk masa depan Toshiba, termasuk opsi penjualan. Dalam hal ini, JIP terpilih sebagai penawar pilihan pada bulan Oktober.

JIP yang berbasis di Tokyo didirikan pada 2002 oleh Hidemi Moue, yang masih menjabat sebagai kepala eksekutif dana pembelian. Dia memulai kariernya di Industrial Bank of Japan Ltd., yang merupakan salah satu perusahaan yang bergabung membentuk Mizuho Financial Group Inc. pada 2000. JIP dikenal setelah membeli Vaio Corp. dari Sony Group Corp. pada 2014.

--Dengan aistensi dari Min Jeong Lee, Fion Li dan David Morris.

(bbn)

No more pages